Senin 02 May 2022 09:57 WIB

Hari Raya Idul Fitri, Momentum Anak Minta Maaf pada Orang Tua

Keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua. 

Rep: Muhyiddin/ Red: Ratna Puspita
Ilustrasi. Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah menjadi momentum bagi anak dan para pelajar untuk meminta maaf kepada orang tua yang telah mendidik dan membesarkannya.
Foto: Foto : MgRol_93
Ilustrasi. Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah menjadi momentum bagi anak dan para pelajar untuk meminta maaf kepada orang tua yang telah mendidik dan membesarkannya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah menjadi momentum bagi anak dan para pelajar untuk meminta maaf kepada orang tua yang telah mendidik dan membesarkannya. Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amin Sukaoneng Kiai Syakir Jamhuri mengatakan, orang tua adalah orang pertama yang harus didatangi anak untuk meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan. 

"Terutama kepada pelajar dan anak-anak yang paling penting pertama kali yang harus Anda minta maafi adalah kedua orang tuanya, bersujudlah dalam arti menghormati. Hormatilah kedua orang tuanya," ujar Kiai Syakir saat menyampaikan khutbah Sholat Idul Fitri di Masjid At-Taqwa, Desa Sukaoneng, Kecamatan Tambak, Pulau Bawean, Senin (2/5/2022).

Baca Juga

Dia menjelaskan, orang tua mengandung selama sembilan bulan, kemudian menyuapi, mendidik, dan memandikan minimal empat tahun. Karena itu, dia pun mengingatkan kepada setiap anak dan santrinya untuk tidak menganggap enteng terhadap ridha orang tua. 

"Jangan anggap enteng, karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua dan kemurkaan Allah tergantung kepada kemurkaan kedua orang tua," ucap Kiai Syakir. 

Selain itu, dia juga mengingatkan kepada jamaah yang sudah ditinggalkan orang tuanya untuk memohonkan ampun kepada Allah agar dosa-dosanya dihapuskan. "Bagi bapak-bapak dan ibu-ibu yang saat ini tidak punya orang tua, meninggalkan beberapa tahun yang lalu, kepada para janda yang suaminya meninggal beberapa tahun, mintakalanlah kepada Allah SWT agar mereka diampuni oleh Allah SWT," kata Kiai Syakir. 

Ramadhan 1443 Hijriah telah berlalu. Umat Islam pun merasa terharu, merasa kehilangan sesuatu yang sangat berharga. Umat Islam telah meninggalkan kesempatan yang amat luhur dan baik. Karena, di dalam Ramadhan penuh dengan rahmah dan maghfirah. 

"Semoga dan mudah-mudahan dengan berlalunya Ramadhan kita semua yang melakukan amaliah-amaliah terbaik diterima oleh Allah SWT. Semoga kita juga dipanjangkan umur oleh SWT untuk bertemu Ramadhan yang akan datang," jelas Kiai Syakir. 

Setelah Ramadhan ini, tambah dia, umat Islam harus menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tidak hanya baik kepada Allah SWT, tapi juga kepada sesama manusia, lingkungan, dan binatang. Perbuatan baik itu tidak hanya dilakukan di Ramadhan, tapi juga harus diteruskan di bulan-bulan lainnya. 

"Semoga setelah selesai melaksanakan ibadah sholat Idul Fitri, kita tidak menanggung dosa apapun, lebih-lebih kepada sesama manusia. Oleh karena itu, dalam kesempatan Idul Fitri yang berbahagia ini mari kita menyempatkan diri untuk melakukan silaturrahim,"  kata Kiai Syakir.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement