REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Cholil Nafis menjadi khatib Sholat Idul Fitri yang digelar Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Jakarta International Stadium (JIS), Senin (2/5). Kiai Cholil menyampaikan khutbah bertema "Spirit Fitrah untuk Membangun Kesalehan".
Berikut isi khutbah yang akan disampaikan Kiai Cholil, seperti yang diterima Republika pada Senin (2/5).
Allahu akbar 3 X Walillahi al hamdu
jama’ah Idul Fitri yang berbahagia.
Di pagi hari nan cerah, dalam suasana yang khidmat dan penuh makna di tengah nuansa kebahagiaan dan kegembiraan di hari kemenangan umat Islam, maka kita merayakan Idul Fitri. Sungguh senang kita, sebab sudah dua tahun tak memeriahkan lebaran dengan berkumpul berama karena hantaman wabah Covid-19. Walhamdulillah kita bersyukur telah lulus melatih diri dalam madrasah kemanusiaan (madrasah insaniyah) selama bulan Ramadhan dan menang hingga lulus melewati ujian “jihad akbar”, perang melawan hawa nafsu. Kita, kaum muslimin, disunnahkan (dianjurkan) di manapun berada untuk mengagungkan nama Allah, memperbanyak takbir, tahmid, tahlil, dan tasbih atas hidayah Allah SWT, sebagai ungkapan rasa syukur kepada-Nya. Allah SWT memerintahkan dalam firman-Nya:
وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “Dan hendaklah kamu sempurnakan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur” (QS. Al Baqarah/2: 185)
Allahu akabar 3X Walillahi al hamdu
Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah
Selayaknya kita semua bersyukur kepada Allah SWT atas ma’unah-Nya sehingga dapat menjalankan ibadah puasa dengan sempurna dan berlebaran dengan meriah. Walhamdulillah pagi ini, kita dapat merayakan dan shalat Idil Fitri di Jakarta International Stadium (JIS) yang megah nan indah yang menjadi kebanggaan masyarakat Jakarta dan Indonesia. Kita bisa ramai-ramai ibadah berjamaah yang sekaligus mengumandang syi’ar Islam di hari yang fitri.
Tak perlu memperdebatkan manakah yang lebih utama, apakah shalat Idil fitri di masjid atau di lapangan? Tentu ulama berbeda pendapat dengan alasannya masing-masing. Imam Syafi’i misalnya, menyebutkan bahwa Shalat Idil Fitri di Masjid lebih utama jika masjidnya luas dan menampung banyak orang.
Namun, Al-Hafidz Ibnu Hajar Al-Asqalani menarik kesimpulan dari pernyataan tersebut bahwa illat (alasan hukum) apakah shalat di lapangan atau di masjid yang lebih utama adalah pada sejauhmana ia sanggup menjadi tempat masyarakat berkumpul. (Fathul Bâri, jilid 5, h. 283)
Faktanya, kita berlebaran dan shalat Idil Fitri ada yang melaksanakan di Masjid dan ada pula yang di lapangan. Artinya, kedua pendapat itu sama-sama kita laksanakan sehingga hal itu di Indonesia tidak menjadi perdebatan. Bahkan dengan sebagian kita melaksanaan Ibadah shalat Idul Fitri di lapangan dapat meluaskan syi’ar Islam sekaligus memfasilitasi para perempuan yang berhalang masuk ke masjid sehingga bisa keluar rumah bersama-sama untuk memeriahkan lebaran, siraman rohani, dan menggaungkan syi’ar Islam.
Sebagaimana hadits Rasulullah saw dari Ummu ‘Athiyyah, ia berkata:
عن أم عَطيَّة نُسَيْبة الأنصارية -رضي الله عنها- قالت: «أَمَرَنا رسول الله -صلى الله عليه وسلم- أن نُخْرِج في العيدين الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ، وأَمَر الحُيَّض أن يَعْتَزِلْنَ مُصلّى المسلمين».
Rasulullah saw. memerintah kami membawa keluar gadis-gadis remaja dan wanita-wanita yang dipingit di dua hari raya, dan beliau memerintah wanita-wanita yang sedang haid menjauhi tempat salat kaum Muslimin." [HR. al-Bukhari].