REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- Harga minyak mentah kembali mengalami kenaikan pada Selasa (3/5/2022) dan memperpanjang tren kenaikan karena Uni Eropa memperkuat rencana untuk memperketat sanksi terhadap Rusia pada pekan ini. Jerman juga menyatakan siap mendukung langkah embargo terhadap minyak Rusia.
Seperti dilansir dari Reuters, Selasa (3/5/2022), minyak mentah berjangka Brent naik 0,2 persen menjadi 107,83 dolar AS per barel. Sementara, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 0,2 persen menjadi 105,34 dolar AS per barel.
"Harga minyak mentah naik setelah komentar dari menteri ekonomi Jerman, yang mencatat bahwa Uni Eropa berencana untuk melarang impor minyak Rusia baik segera atau dalam beberapa bulan," kata Stephen Innes, Managing Partner di SPI Asset Management, dikutip dari Reuters.
Komisi Uni Eropa diperkirakan akan menyelesaikan rencana embargo tersebut pada hari Selasa dan masuk dalam paket keenam sanksi Uni Eropa terhadap Rusia atas tindakannya di Ukraina, yang akan mencakup larangan membeli minyak Rusia.
Embargo itu dinilai dapat menyelamatkan Hongaria dan Slovakia, keduanya sangat bergantung pada minyak mentah Rusia, kata dua pejabat Uni Eropa, Senin kemarin.
Pasokan produk bahan bakar yang ketat menambah permintaan minyak mentah, yang membantu menaikkan harga dari Brent dan WTI lebih dari 40 sen pada hari Senin setelah sesi yang bergejolak.
Rekor ekspor dari AS memakan pasokan ke pasar domestik AS, kata analis ANZ Research dalam sebuah catatannya. ANZ mengatakan, menurut layanan pelacakan kargo Vortexa Analytics setidaknya 2 juta barel per hari bensin, solar dan bahan bakar jet mengalir keluar dari kilang di Teluk AS pada bulan April.
Akibatnya, ANZ mengatakan, penyebaran retakan diesel, margin penyulingan minyak menjadi produk bahan bakar, telah melebar menjadi 73,50 dolar ASper barel, tertinggi sejak 1986.
Pedagang akan mengamati dengan cermat data inventaris AS, dengan kelompok industri American Petroleum Institute melaporkan stok untuk pekan yang berakhir 29 April pada hari Selasa diikuti oleh data pemerintah dari Administrasi Informasi Energi pada hari Rabu.
Lima analis yang disurvei oleh Reuters rata-rata memperkirakan persediaan minyak mentah AS turun 1,2 juta barel dalam pekan hingga 29 April.
Mereka juga memperkirakan persediaan distilat, yang meliputi solar dan minyak pemanas, turun 1,2 juta barel, sementara stok bensin turun 300 ribu barel.