Foto: Darmawan / Republika
Sejumlah pengujung nampak menikmati indahnya objek wisata Goa Sunyaragi di Cirebon, Jawa Barat, Ahad (17/6).
REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Taman Air Goa Sunyaragi menjadi salah satu obyek wisata favorit masyarakat untuk menikmati libur lebaran Idul Fitri. Tak hanya dari wilayah Ciayumajakuning (Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan), para pengunjung pun datang dari berbagai kota besar.
Menurut Kepala Bagian Loket dan Pengunjung, RR Gumiwang Kencananingrat, pengunjung yang datang ke Taman Air Goa Sunyaragi pada hari pertama Lebaran Idul Fitri, Senin (2/5), tercatat ada 165 orang.
‘’Pada hari kedua lebaran, Selasa (3/5), jumlah pengunjung melonjak hingga 771 orang,’’ kata Gumiwang, Rabu (4/5).
Gumiwang menyebutkan, pengunjung yang datang berwisata ke Goa Sunyaragi itu kebanyakan berasal dari wilayah Ciayumajakuning. Namun, ada juga yang datang dari berbagai kota lainnya di luar Ciayumajakuning, seperti Jakarta, Bandung dan Semarang.
‘’Persentasenya, sebanyak 85 persen pengunjung dari wilayah Ciayumajakuning, lainnya dari berbagai kota di luar Ciayumajakuning,’’ terang Gumiwang.
Kepala Bagian Humas Badan Pengelola Taman Air Goa Sunyaragi (BPTAGS), Eko Ardi Nugraha, menambahkan, pihaknya telah melakukan sejumlah persiapan dalam menghadapi libur Idul Fitri tahun ini. Di antaranya dengan menambah personil keamanan dan parkir.
‘’Selain penambahan personil, kami juga berkoordinasi dengan pelaku UMKM dan warga sekitar yang berjualan di sekitar Goa Sunyaragi untuk menjual oleh-oleh khas Cirebon,’’ tutur Eko.
Eko memprediksi, kunjungan wisatawan ke Goa Sunyaragi akan terus meningkat hingga libur Lebaran Idul Fitri berakhir. Hal itu didasarkan pada pengalaman libur lebaran tahun-tahun sebelumnya, saat belum terjadi pandemic Covid-19.
‘’Jika dari pengalaman sebelumnya, wisatawan yang berkunjung ke Goa Sunyaragi meningkat di hari ketiga hingga ketujuh setelah lebaran,’’ tambah Eko.
Goa Sunyaragi pada masa lalu digunakan sebagai taman kelangenan atau taman sari yang berfungsi sebagai tempat berkhalwat (menyepi) para sultan dan keluarganya. Menurut buku Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Kararangen (bergelar Arya Carbon), Gua Sunyaragi dibangun oleh Pangeran Kararangen, adik Sultan Sepuh II pada 1703 M.
Namun, menurut versi Carub Kanda (berita lisan yang dituturkan secara turun temurun), Goa Sunyaragi didirikan dalam tiga periode. Periode pertama didirikan oleh Pangeran Emas Muhammad Arifin II (bergelar Panembahan Gusti Ratu Pakungwati I), cicit dari Syekh Syarif Hidayatullah pada pertengahan abad XVI. Periode kedua dibangun oleh Pangeran Kararangen pada 1703, dan periode ketiga diprakarsai oleh Sultan Sepuh V, Pangeran Amir Sidik (bergelar Pangeran Matangaji) pada abad ke-18.
Goa Sunyaragi memiliki sejumlah bangunan inti. Di antaranya, Gua Pengawal Gua Pande Kemasan, Gua Simanyang, Bangsal Jinem, Gua Pawon, Mande Beling, Gua Lawa, Gua Padang Ati, Gua Kelanggengan, Bale Kambang dan Gua Arga Jumut.
Selain itu, adapula kompleks Gua Peteng, yang terdiri dari Gua Peteng, Gua Langse, Bangsal Pengulingan atau ruang Panembahan, Ruang Kaputren, Ruang Patung Putri Cina dan Cungkup Puncit. Adapula Gedung Pesanggarahan, yang dibangun pada 1884.
Dilihat dari corak dan motif-motif ragam hiasnya, gaya arsitektur Goa Sunyaragi merupakan hasil dari perpaduan antara Hindu, Tiongkok kuno atau Cina, Timur Tengah atau Islam, dan Eropa. N lilis sri handayani