Kamis 05 May 2022 01:25 WIB

Beijing Batasi Penggunaan Transportasi Umum

Beijing menutup puluhan stasiun dan halte dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19

Rep: Nawir Arsyad Akbar/ Red: Esthi Maharani
Suasana di stasiun kereta api bawah tanah (subway) Tuanjiehu saat pemberlakuan penguncian wilayah (lockdown) parsial di Kota Beijing, China, Ahad (1/5/2022). Penguncian wilayah (lockdown) secara parsial diberlakukan menyusul munculnya 259 kasus positif baru COVID-19 sejak 22 April lalu, bersamaan dengan musim liburan Hari Buruh pada 1-4 Mei 2022.
Foto: ANTARA/M. Irfan Ilmie
Suasana di stasiun kereta api bawah tanah (subway) Tuanjiehu saat pemberlakuan penguncian wilayah (lockdown) parsial di Kota Beijing, China, Ahad (1/5/2022). Penguncian wilayah (lockdown) secara parsial diberlakukan menyusul munculnya 259 kasus positif baru COVID-19 sejak 22 April lalu, bersamaan dengan musim liburan Hari Buruh pada 1-4 Mei 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Ibu kota China, Beijing menutup puluhan stasiun dan halte dalam rangka mencegah penyebaran Covid-19 per Rabu (4/5/2022). Hal tersebut untuk mencegah agar kota tersebut tak bernasib seperti Shanghai, yang kembali melakukan lockdown.

Kota-kota lain juga kembali akan menerapkan kerja dari rumah atau work from home pada pekan mendatang. Pusat kota Zhengzhou, rumah bagi 12,6 juta orang juga akan menerapkan kebijakan tersebut untuk mencegah penyebaran Covid-19.

Adapun Beijing telah menutup lebih dari 40 stasiun kereta bawah tanah, sekitar sepersepuluh dari jaringan dan 158 rute bus. Sebagian besar stasiun dan rute yang ditangguhkan berada di distrik Chaoyang, pusat wabah di Beijing.

Meskipun adanya lusinan kasus positif setiap harinya, Beijing berusaha menghindari lockdown secara penuh. Sebanyak 12 dari 16 distrik Beijing telah melakukan tes putaran kedua pada tiga minggu ini, setelah melakukan tes massal minggu lalu.

Sementara di Shanghai, belum ada kepastian kapan lockdown akan berhenti. Sudah lebih dari sebulan, masyarakat di sana masih tidak diizinkan untuk  meninggalkan kompleks perumahan mereka.

Menurut data terbaru, telah ditemukan 63 kasus baru di Shanghai semenjak kebijakan pembatasan kegiatan. Ini menunjukkan bahwa kota memiliki cara untuk mengurangi penyebaran Covid-19 secara signifikan.

Kendati demikian, sejumlah orang telah mendapatkan kelonggaran dalam kebijakan tersebut. Biasanya, setiap satu orang dari sebuah keluarga diizinkan keluar untuk sekedar belanja, jalan-jalan sebentar, atau menghirup udara segar.

Pihak berwenang sendiri telah mengatakan, kebijakan nol kasus Covid-19 bertujuan untuk menyelamatkan nyawa sebanyak mungkin. Mereka merujuk pada jutaan kematian di luar China, di mana mereka mengabaikai protokol kesehatan dan mengkampanyekan 'hidup bersama Covid-19'.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement