Kamis 05 May 2022 07:55 WIB

PBB: Perang Rusia-Ukraina Picu Krisis Tiga Dimensi

Keamanan pangan global tidak dapat diselesaikan tanpa memulihkan pertanian Ukraina

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Gandum tumbuh di pertanian di Pruille-Le-Chetif, Prancis barat, Jumat, 18 Maret 2022. Petani di seluruh dunia sedang mempertimbangkan apakah akan mengubah pola tanam mereka dan menanam lebih banyak gandum musim semi ini karena perang Rusia di Ukraina terhenti atau dipertanyakan pasokan biji-bijian dari wilayah yang dikenal sebagai keranjang roti dunia.
Foto: AP/Francois Mori
Gandum tumbuh di pertanian di Pruille-Le-Chetif, Prancis barat, Jumat, 18 Maret 2022. Petani di seluruh dunia sedang mempertimbangkan apakah akan mengubah pola tanam mereka dan menanam lebih banyak gandum musim semi ini karena perang Rusia di Ukraina terhenti atau dipertanyakan pasokan biji-bijian dari wilayah yang dikenal sebagai keranjang roti dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, ABUJA -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres pada Rabu (4/5/2022) mengatakan, masalah keamanan pangan global tidak dapat diselesaikan tanpa memulihkan produksi pertanian Ukraina. Termasuk memulihkan produksi makanan dan pupuk Rusia ke pasar dunia.

Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari telah menambah volatilitas di pasar keuangan. Hal ini menyebabkan harga komoditas lebih tinggi dan mempengaruhi logistik, sehingga berpotensi menggagalkan pemulihan ekonomi dari dampak pandemi Covid-19 di banyak negara termasuk Nigeria.

"Analisis kami menunjukkan bahwa, perang di Ukraina memperburuk keadaan, memicu krisis tiga dimensi yang menghancurkan sistem pangan, energi, dan keuangan global untuk negara-negara berkembang," kata Guterres selama kunjungan perdananya ke Abuja, Nigeria.

Menurut Guterres, satu-satunya solusi untuk memperbaiki masalah ketahanan pangan global adalah memulihkab produksi pertanian Ukraina. Termasuk produksi pangan serta pupuk Rusia, dan Belarusia ke pasar dunia meskipun sedang terjadi perang. Guterres bertekad memfasilitasi dialog untuk membantu mencapai tujuan tersebut.

Baca juga : Rusia Tuding Tentara Bayaran Israel Bantu Milisi Azov di Ukraina

Guterres mengatakan, PBB telah meminta tambahan dana sebesar 351 juta dolar A untuk respon kemanusiaan di Nigeria. Pada April Nigeria harus membeli pasokan darurat kalium dari Kanada, setelah tidak dapat mengimpor pupuk dari Rusia karena dampak sanksi Barat. Bulan lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan, invasi Rusia ke Ukraina telah memberikan "kejutan negatif besar" lebih lanjut ke Afrika sub-Sahara, serta mendorong harga makanan dan energi lebih tinggi dan menempatkan orang-orang yang paling rentan pada risiko kelaparan. Selain itu, muncul tekanan ekstra karena banyak negara masih belum pulih dari pandemi Covid-19 yang berkepanjangan.

"Kita perlu memastikan aliran makanan dan energi yang stabil melalui pasar terbuka dengan mencabut semua pembatasan ekspor yang tidak perlu, mengarahkan surplus dan cadangan kepada mereka yang membutuhkan, dan menjaga harga pangan untuk mengekang volatilitas pasar," kata Guterres.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement