REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) memberikan jaminan keamanan kepada Swedia jika bergabung dengan NATO. Selama Perang Dingin hingga saat ini, Swedia dan Finlandia belum menjadi anggota NATO.
Swedia dan Finlandia mulai mengkaji kembali kebijakan keamanan mereka ketika Rusia melakukan aneksasi terhadap Crimea pada 2014, dan melancarkan invasi ke Ukraina sejak 24 Februari. Dengan demikian, peluang kedua negara tersebut untuk bergabung dengan NATO makin lebar.
Pengajuan aplikasi dan proses untuk menjadi anggota NATO membutuhkan waktu hingga satu tahun. Selama periode tersebut, Swedia dan Finlandia khawatir dengan keamanan negaranya.
"Tentu saja, saya tidak akan membahas detail apa pun, tetapi saya merasa sangat yakin bahwa sekarang kami memiliki jaminan Amerika. Namun, bukan jaminan keamanan konkret, yang hanya bisa Anda dapatkan jika Anda adalah anggota penuh NATO," kata Menteri Luar Negeri Swedia Ann Linde, setelah bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken di Washington.
Linde menolak untuk menjelaskan lebih lanjut jaminan apa yang diberikan oleh AS. "Itu berarti bahwa Rusia dapat menjelaskan bahwa, jika mereka mengarahkan segala jenis kegiatan negatif terhadap Swedia, itu akan menjadi sesuatu yang tidak akan dbiarkan oleh AS," ujarnya.
Linde akan melakukan perjalanan ke Kanada untuk membahas masalah keamanan. Dia mengatakan, Amerika Serikat sangat mendukung keanggotaan Swedia dan Finlandia di NATO, karena akan meningkatkan stabilitas di kawasan Baltik dan Arktik. Swedia dan Finlandia diharapkan dapat membuat keputusan tentang apakah akan mendaftar untuk bergabung dengan NATO pada bulan ini.
Menteri pertahanan Swedia bulan lalu mengatakan, pengajuan aplikasi keanggotaan NATO dapat memicu sejumlah tanggapan dari Rusia. Termasuk serangan dunia maya dan langkah-langkah hibrida, seperti kampanye propaganda untuk merusak keamanan Swedia. Moskow sebelumnya telah memperingatkan bahwa mereka dapat mengerahkan senjata nuklir dan rudal hipersonik, jika Swedia dan Finlandia menjadi anggota NATO.