REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menyerukan gencatan senjata untuk mengevakuasi lebih banyak warga sipil dari kota Mariupol di Ukraina selatan. Permintaan gencatan senjata ini muncul ketika Rusia mengintensifkan serangannya di pabrik baja Azovstal yang menjadi benteng pertahanan terakhir pasukan Ukraina.
Zelenskyy mengatakan, sekitar 200 warga sipil, termasuk anak-anak berlindung di bunker bawah tanah di pabrik baja Azovstal. Menurut Zelenskyy, perlu melanjutkan gencatan senjata untuk mengeluarkan mereka semua.
"Butuh banyak waktu untuk mengeluarkan orang dari ruang bawah tanah itu. Dalam kondisi sekarang, kami tidak bisa menggunakan alat berat untuk membersihkan puing-puing. Itu semua harus dilakukan dengan tangan,” kata Zelenskyy dalam pidatonya pada Kamis (5/5/2022) pagi, dilansir Aljazirah.
Zelenskyy kembali meminta bantuan PBB untuk mengevakuasi ratusan orang dari Mariupol dan wilayah lainnya pada pekan ini. Dalam panggilan telepon dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres, Zelenskyy mengatakan bantuan PBB diperlukan untuk membantu menyelamatkan warga sipil yang masih terjebak di Azovstal.
"Nyawa orang-orang yang tinggal di sana dalam bahaya," kata Zelenskyy.
Seorang anggota parlemen Ukraina mengatakan, pasukan Rusia berada di dalam pabrik Azovstal. Komandan resimen mengatakan, situasi di dalam pabrik sangat sulit, dan tentara Ukraina terlibat dalam pertempuran berat dengan Rusia.
“Saya bangga dengan tentara saya yang melakukan upaya untuk menahan tekanan musuh,” kata Letnan Kolonel Denis Prokopenko dalam sebuah video pendek yang diunggah ke Telegram.
Moskow membantah melakukan serangan di Azovstal. Rusia mengatakan, pasukannya akan menghentikan tembakan untuk membuka koridor kemanusiaan bagi warga sipil selama tiga hari mulai Kamis.
“Angkatan bersenjata Rusia akan membuka koridor kemanusiaan dari wilayah pabrik metalurgi Azovstal untuk mengevakuasi warga sipil mulai pukul 8 pagi hingga 6 sore pada tanggal 5, 6 dan 7 Mei," kata Kementerian Pertahanan Rusia.
Pada Rabu (4/5/2022), lebih dari 300 warga sipil dievakuasi dari Mariupol dan daerah lain di Ukraina selatan sebagai bagian dari operasi gabungan Palang Merah PBB. “Meskipun evakuasi warga sipil berjalan signifikan, lebih banyak yang harus dilakukan untuk memastikan semua warga sipil yang terjebak dalam pertempuran dapat pergi ke arah yang mereka inginkan,” kata koordinator kemanusiaan PBB untuk Ukraina, Osnat Lubrani.
Rusia mengklaim kemenangan di Mariupol pada 21 April setelah mengepung kota penting yang strategis itu selama berminggu-minggu. Moskow menginvasi Ukraina pada 24 Februari. Moskow menggambarkan perang itu sebagai operasi militer khusus untuk mendukung daerah-daerah separatis yang didukung Rusia di timur Ukraina. Setelah mundur dari daerah sekitar Ibu Kota, Kiev, Rusia sekarang memfokuskan serangan di timur Ukraina.