REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA–Pemerintah Turki mengumumkan akan menyusun rencana untuk mengembalikan satu juta pengungsi Suriah kembali ke negara mereka.
Kebijakan dijelaskan Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam pesan video selama upacara peresmian yang menandai pengiriman rumah baru di Idlib yang didukung Turki, Selasa (3/5/2022).
Sebanyak 57 ribu rumah untuk sekitar 50 ribu keluarga telah dibangun di daerah Idlib sejauh ini, menurut presiden Turki. Dia bertujuan untuk membangun 100 ribu rumah secara total untuk mengurangi penderitaan warga Suriah yang disebutnya sebagai saudara.
“Oleh karena itu, kami bermaksud membangun daerah perumahan mandiri yang akan mencakup infrastruktur ekonomi dan sosial untuk 1 juta pengungsi Suriah, yang saat ini ditampung oleh Turki,” katanya dilansir dari The New Arab, Selasa (3/5/2022).
Erdogan bermaksud untuk mengembalikan para pengungsi karena konflik bertahun-tahun ke daerah Azaz, Jarablus, Al-Bab, Tal Abyad dan Ras Al-Ayn, menurut laporan Bloomberg.
Proyek pembangunan, yang diawasi oleh otoritas manajemen bencana Turki, bermaksud untuk memasukkan fasilitas seperti masjid, sekolah dan pusat kesehatan. Proyek ini dilakukan dengan bantuan beberapa LSM lokal dan internasional.
Turki menampung sekitar 3,7 juta pengungsi Suriah, yang semuanya telah melarikan diri dari konflik di tanah air mereka sejak 2011.
Warga Suriah menghadapi diskriminasi yang meluas di Turki, yang saat ini bersiap untuk pemilihan presiden pada Juni tahun depan.
Politisi semakin mengeksploitasi permusuhan dan rasisme yang dihadapi oleh pengungsi Suriah ketika berkampanye, dan sering menggunakan mereka sebagai kambing hitam ketika negara itu bergulat dengan krisis ekonomi yang memburuk, di tengah meningkatnya inflasi karena lira terus menderita.
Pemimpin oposisi dan calon presiden Kemal Kilicdaroglu telah "bersumpah" untuk memulangkan pengungsi Suriah jika terpilih pada 2023.
Beberapa pengungsi juga telah ditangkap dan dideportasi secara paksa ke zona perang Suriah, yang telah dikecam oleh kelompok-kelompok kemanusiaan yang bersikeras bahwa Suriah tetap tidak aman dan berbahaya bagi para pengungsi.