Muhammadiyah Terima Silaturahim Ganjar Pranowo
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo bersama dengan Ketua Umum (Ketum) Pengurus Pusat Muhammadiyah (PP Muhammadiyah), Prof Dr KH Haedar Nashir MSi, saat bersilaturrahim di Yogyakarta, Kamis (5/5). | Foto: dok. istimewa
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Ketua Umum Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, menerima silaturahim Idul Fitri dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo. Silaturahim dilakukan langsung ke Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta.
Haedar mengatakan, ada empat yang didiskusikan dalam pertemuan. Pertama, tentang kebangsaan, bagaimana mengangkat ekonomi masyarakat melalui Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang menyangkut rakyat banyak untuk menjadi gerakan nasional.
Dengan pengalaman di Jawa Tengah, Ganjar bercerita bagaimana menggerakan UMKM naik kelas. Muhammadiyah juga mempunyai pengalaman dalam memajukan UMKM lewat Aisyiyah, Majelis Pembersayaan Masyarakat dan Majelis Ekonomi menggerakan UMKM.
"Sehingga, ada titik yang sama dalam memperkuat ekonomi keumatan," kata Haedar, Kamis (5/5/2022).
Haedar menekankan, UMKM bisa jadi bagian integral kebijakan ekonomi nasional, yang membawa perubahan signifikan memajukan masyarakat. Kedua, membahas peran agama dalam kehidupan kebangsaan. Indonesia berdasar Pancasila, sila pertama.
Kemudian, dalam konstitusi dasar Pasal 29 UUD 1945, agama diakui sebagai bagian integral konstitusional. Umat beragama jadi bagian penting kehidupan bangsa dan negara, agama dan umat beragama bukan ancaman siapapun, apalagi bangsa dan negara.
"Bahwa dalam dinamika kehidupan keagamaan dan kebangsaan selalu ada masalah, kita punya pengalaman sebagai bangsa yang mempunyai titik temu, dan dialog," ujar Haedar.
Ketiga, mendiskusikan peran Muhammadiyah membangun AUM sekaligus mencerdaskan kehidupan bangsa. Muhammadiyah dan Indonesia dengan berbagai tantangan ke depan perlu SDM insani kompetitif, sarana prasarana yang objektif dan berkemajuan.
Kemudian, birokrasi yang good governance, reformasi birokrasi terus digalakkan. Pemerintah dengan birokrasinya harus bisa bersikap adil mengayomi semua komponen bangsa dan negara, dengan sistem pemerintahan demokratis, pemerintah harus bisa adil.
"Bagi semua golongan bangsa dan menjadi kekuatan penting bagi Indonesia ke depan," kata Haedar.
Terakhir, pertemuan tersebut juga membahas pentingnya rekonsiliasi, dialog, silaturahmi komponen bangsa. Pembelahan politik dan hal-hal yang mengganjal antar komponen bangsa dengan semangat Idul Fitri dapat berada di titik temu.
Ia menekankan, semangat Bhineka Tunggal Ika yang mengikat dalam keragaman harus diwujudkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Sehingga, dengan semangat untuk bersatu akan membawa Indonesia menjadi negara yang berkemajuan.
Ganjar sendiri mengaku banyak mendapat masukan soal menggerakan ekonomi dengan kekuatan bangsa. Khususnya, dari anak-anak kandung Indonesia sendiri, terlepas dari berbagai persoalan komoditas pertanian seperti bawang, kedelai, garam dan lainnya.
"Itu menjadi cita-cita yang bagus. Tentu, apapun mesti yang dituju ialah sila kelima Pancasila, keadilan sosial itu sendiri yang mesti diarah. Itu butuh partisipasi seluruh anak bangsa sehingga butuh persatuan," ujar Ganjar.
Pertemuan berlangsung sekitar 1,5 jam. Agenda silaturahim tersebut dihadiri Ketua PP Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman, Sekretaris PP Muhammadiyah Agung Danarto, Ketua Komisi Yudisial Mukti Fajar, dan Ketua PWM Jateng Tafsir.