REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan PBB sedang menggelar operasi ketiga untuk mengevakuasi warga sipil dari Kota Mariupol dan pabrik baja Azovstal yang dikepung. Sementara Rusia menuduh Barat memicu perang ekonomi dunia.
Dalam dua operasi selama satu pekan terakhir PBB dan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) telah membantu hampir 500 warga sipil keluar dari daerah yang dikepung pasukan Rusia. Dalam rapat Dewan Keamanan PBB, Guterres menolak memberikan detail operasi terbaru "demi menghindari merusak kemungkinan keberhasilannya."
"Saya berharap koordinasi lebih lanjut dengan Moskow dan Kiev akan mengarah pada lebih banyak jeda kemanusiaan untuk membiarkan warga sipil lewat dan bantuan sampai pada yang paling membutuhkan, kami harus terus melakukan semua yang dapat kami lakukan untuk mengeluarkan orang-orang dari neraka itu," katanya, Kamis (5/5/2022).
Amerika Serikat (AS) dan sekutu-sekutu Barat merespon Rusia menginvasi Ukraina yang digelar sejak 24 Februari lalu dengan memberlakukan sanksi keras. Moskow menyebut invasi ini sebagai "operasi militer khusus."
"Seolah-olah anda sangat menantikan momen ini untuk melancarkan represi terhadap Rusia, bila kita berbicara tentang Perang Dunia, maka tanpa diragukan saat ini perang itu sedang digelar di tingkat ekonomi," kata Duta Besar Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia.
Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk PBB Linda Thomas-Greenfield menuduh Rusia berbohong pada Dewan Keamanan. "Rusia sendiri yang memulai perang ini dan Rusia sendiri yang dapat mengakhirinya, bungkam senjata, mundur dari wilayah Ukraina dan perkuat diplomasi," katanya.
Guterres memperingatkan perang di Ukraina memberi tekanan yang lebih besar pada negara berkembang. "(Saya siap memfasilitasi perundingan) integrasi ulang produksi pertanian Ukraina dan produk pangan dan pupuk Rusia dan Belarusia ke pasar dunia, meski ada perang," katanya.