REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Juru bicara Gedung Putih Jen Psaki mengatakan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden akan berkunjung ke Korea Selatan (Korsel) dan Jepang bulan ini. Biden akan membahas program nuklir dan rudal Korea Utara (Korut) dengan kepala pemerintah dua negara itu.
Dalam konferensi pers Kamis (5/5/2022) Psaki mengatakan dalam kunjungan itu Biden juga akan membahas meminta pertanggung jawaban Rusia atas invasi ke Ukraina. Psaki menambahkan di Tokyo, Biden juga akan berbicara dengan pemimpin anggota Quad yang terdiri dari AS, Australia, Jepang dan India.
Sejak pertengahan April lalu rencana Biden berkunjung ke Korsel sudah mencuat. Surat kabar Korsel DongA Ilbo melaporkan Biden tampaknya akan tiba pada 20 Mei dan dan bertemu Presiden terpilih Korsel Yoon Suk-yeol yang mulai menjabat pada 10 Mei setelah memenangkan pemilihan 9 Maret lalu.
Kunjungan ini direncanakan setelah Korea Utara (Korut) menggelar uji coba rudal balistik antar-benua (ICBM) bulan lalu dan kemungkinan akan kembali menggelar tes senjata nuklir. Sementara pada 17 April Perwakilan Khusus AS untuk Korut Sung Kim sudah tiba di Seoul. Ia akan membicarakan meningkatnya kekhawatiran Pyongyang akan meluncurkan rudal dan kembali menggelar uji coba senjata nuklir.
Dalam kunjungan kerja lima hari ini Sung Kim yang merangkap Duta Besar AS untuk Indonesia dan Deputi Perwakilan Khusus AS Jung Pak akan bertemu dengan pejabat-pejabat Korsel. Termasuk Perwakilan Khusus Korsel dalam isu nuklir Noh Kyu-duk.
Kedatangan mereka bertepatan dengan dimulainya sembilan hari latihan militer gabungan tahunan pasukan AS dan Korsel. Kepala Staf Gabungan Korsel mengatakan latihan ini merupakan "latihan pertahanan pos komando menggunakan simulasi komputer" dan tidak melibat manuver pasukan di lapangan.
Korut mengecam latihan gabungan tersebut dengan menyebutnya sebagai persiapan perang. Beberapa tahun terakhir AS dan Korsel menurunkan skala latihan gabungan mereka selama perundingan denuklirisasi Semenanjung Korea dan pandemi Covid-19.