Jumat 06 May 2022 11:28 WIB

Arab Saudi Investigasi Penyebab Kekacauan di Bandara Jeddah

Penumpang Bandara Jeddah mengeluhkan keterlambatan penerbangan dan kehilangan bagasi.

Antrean penumpang di Bandara Jeddah, Arab Saudi.  Arab Saudi Investigasi Penyebab Kekacauan di Bandara Jeddah
Foto: Arab News
Antrean penumpang di Bandara Jeddah, Arab Saudi. Arab Saudi Investigasi Penyebab Kekacauan di Bandara Jeddah

REPUBLIKA.CO.ID, JEDDAH -- Kepala Transportasi Arab Saudi memerintahkan penyelidikan mendesak atas kekacauan selama liburan Idul Fitri di Bandara Internasional King Abdulaziz di Jeddah, Kamis (5/5/2022).

Penumpang mengeluhkan keterlambatan penerbangan, kehilangan bagasi, dan fasilitas terminal yang penuh sesak yang tidak mampu menampung jumlah penumpang yang banyak. Adegan terburuk terjadi pada Selasa (3/5/2022).

Baca Juga

"Saya tidak punya kata-kata untuk kekacauan ini. Penerbangan tertunda, koneksi terputus, orang-orang terkunci di luar dalam suhu 40 derajat Celsius, orang-orang pingsan karena sengatan panas, tidak ada pembaruan, antrean yang tidak pernah berakhir, dan orang-orang berkelahi dan berteriak," tulis seorang penumpang di media sosial, dilansir di Arab News, Jumat (6/5/2022). 

“Saya tiba lebih awal dari yang dijadwalkan pada pukul 13.00. Gerbang masuk ditutup. Kami berdiri di bawah sinar matahari selama sekitar satu jam tanpa air atau toilet tersedia. Ketika kami masuk, kerumunan ada di mana-mana, orang-orang tergeletak di lantai dan penerbangan saya terlambat tiga jam,” ujar seorang penumpang Abu Ammar Alhasan.

Penumpang lain mengatakan dia tertunda selama empat jam karena sabuk bagasi tidak berfungsi. Beberapa penumpang berspekulasi jamaah umroh yang akan berangkat telah tiba di bandara jauh sebelum waktu penerbangan mereka. Mereka memilih beristirahat di lantai di ruang tunggu dan di area parkir luar.

Sementara itu, beberapa penerbangan terjadwal tertunda. Kombinasi penumpang dan peziarah menyebabkan kepadatan.

Menteri Arab Saudi Saleh Al-Jasser pada Kamis membentuk komite investigasi mendesak yang dipimpin oleh kepala Otoritas Umum Penerbangan Sipil untuk menetapkan apa yang salah, membuat rekomendasi untuk menghindari insiden tersebut berulang, dan melaporkan dalam waktu seminggu.

Bandara baru senilai 9,6 miliar dolar AS ini dibuka pada 2019. Bandara ini bertujuan menampung 30 juta penumpang per tahun pada waktu puncak, dan 80 juta ketika fase akhir selesai pada 2035.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement