Jumat 06 May 2022 13:12 WIB

Gedung Putih Tunjuk Sekretaris Pers Kulit Hitam Pertama dalam Sejarah

Karine Jean-Pierre ditunjuk sebagai juru bicara Gedung Putih gantikan Jen Psaki

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menunjuk Karine Jean-Pierre sebagai juru bicara atau sekretaris Gedung Putih menggantikan Jen Psaki
Foto: AP/Patrick Semansky
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menunjuk Karine Jean-Pierre sebagai juru bicara atau sekretaris Gedung Putih menggantikan Jen Psaki

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menunjuk Karine Jean-Pierre sebagai juru bicara atau sekretaris Gedung Putih menggantikan Jen Psaki, Kamis (5/5/2022) waktu setempat. Jean-Pierre adalah seorang wanita kulit hitam pertama dan merupakan seorang LGBTQ yang memegang peran tersebut dalam sejarah AS.

Jean-Pierre (44 tahun) telah menjabat sebagai wakil sekretaris pers utama pemerintah sejak Biden terpilih. Dia akan menggantikan Psaki (43 tahun) pada peran utamanya akhir pekan depan ini.

Tugas utama sekretaris pers adalah melakukan briefing berita harian dengan wartawan Gedung Putih. Ini berarti peran tersebut dapat menjadi profil tinggi.

Sementara Psaki akan beralih pekerjaan di outlet berita kabel MSNBC yang berhaluan kiri. Di Twitter, Psaki memuji penggantinya sebagai wanita luar biasa.

"Saya tidak sabar untuk melihatnya bersinar saat dia membawa gaya, kecemerlangan, dan keanggunannya sendiri ke podium," katanya seperti dikutip laman BBC, Jumat (6/5/2022).

Sekretaris pers Gedung Putih adalah wajah pemerintahan kepresidenan bagi media nasional hingga bagi negara dan dunia. Individu yang berperan sebagai sekretaris pers dapat menjadi sosok yang langsung dikenali pada saat krisis nasional atau skandal politik. Mereka kerap mengembangkan pengikut bagi publik dan menjadi bahan lelucon bagi orang lain.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah AS, wajah sebuah pemerintahan adalah wajah seorang wanita kulit hitam, dan wajah seorang LGBTQ secara terbuka. Pengumuman terobosan tersebut menggarisbawahi pemerintahan Biden yang telah menempatkan penekanan menempatkan perempuan kulit hitam dalam posisi kekuasaan.

Perempuan kulit hitam sering dianggap sebagai bagian penting, tetapi secara politik tidak terlihat dari koalisi Partai Demokrat. Jean-Pierre bergabung dengan Wakil Presiden Kamala Harris, calon Hakim Agung Ketanji Brown Jackson, ketua Dewan Kebijakan Domestik Susan Rice, Duta Besar PBB Linda Thomas-Greenfield, dan beberapa pejabat dan hakim lainnya dengan peran penting.

Sekretaris pers memang tidak menetapkan kebijakan, namun mereka membantu membentuk persepsi publik tentang suatu pemerintahan. Jean-Pierre memiliki tindakan kawat tinggi yang menantang di depannya.

Sebelumnya, Jean-Pierre merupakan seorang analis di MSNBC. Ia membawa lebih dari dua dekade pengalaman dalam politik Demokrat untuk peran tersebut.

Lahir di pulau Martinique di Karibia Prancis dan dibesarkan di Queens, New York, dia adalah direktur politik utama dalam pemerintahan Obama. Selama pemilihan presiden 2016, dia adalah juru bicara nasional untuk MoveOn, sebuah kelompok advokasi liberal utama.

Sebelum bergabung dengan tim pers Gedung Putih, dia menjabat sebagai kepala staf Kamala Harris, setelah dia terpilih sebagai calon wakil presiden Biden. Penunjukan Jean-Pierre dilakukan menjelang pemilihan paruh waktu penting November ini yang akan menentukan bagaimana sisa masa kepresidenan Biden.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement