Jumat 06 May 2022 14:47 WIB

Pengamat Pendidikan Dukung Dikti Copot Prof Budi dari Rektor ITK

Prof Budi sangat antiterhadap kata insya Allah, barakallah, hingga qadarallah.

Rep: Amri Amrullah/ Red: Erik Purnama Putra
Menristek Dikti kala itu Prof Mohamad Nasir Prof Budi Santosa Purwokartiko sebagai rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) perideo 2018-2022.
Foto: Dok ITK
Menristek Dikti kala itu Prof Mohamad Nasir Prof Budi Santosa Purwokartiko sebagai rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) perideo 2018-2022.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat pendidikan Darmaningtyas mengecam pandangan diskriminasi dalam tulisan berbau SARA Rektor Institute Teknologi Kalimantan (ITK) Balikpapan, Budi Santosa Purwokartiko. Ia bahkan meminta Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Dikti) Kemendikbud untuk memberi sanksi denngan mencopot Budi dari posisi rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK) di Balikpapan, dan memecatnya dari tim seleksi beasiswa LPDP.

Secara tegas Darmaningtyas menyebut tulisan Budi itu sebuah pandangan yang rasis. Tidak pantas dikemukakan ke publik oleh seorang pejabat publik termasuk rektor di PTN, siapa pun yang menjadi korbannya. "Saya mendukung pencopotan jabatan rektor ITK Budi Santoso dan harus dicoret dari tim seleksi beasiswa LPDP," kata Darmaningtyas kepada wartawan di Jakarta, Kamis (5/5/2022).

Ia menekankan, seharusnya tim penyeleksi beasiswa Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP), sebaiknya orang yang berfikir rasional dan tidak rasis. Pandangan seperti itu sudah seharusnya dimiliki seorang akademisi agar seleksinya bisa menghasilkan calon penerima beasiswa yang berkualitas. "Kalau seleksinya sudah didasarkan pada sikap rasis, maka menjadi kurang objektif," tegasnya.

Karena itu, Darmaningtyas sepakat, memang harus ada sanksi kepada akademisi yang justru bersikap rasis dan diskriminatif, seperti Budi. Sanksinya, menurut dia, harus tegas yakni pecat sebagai rektor dan menjadi tim seleksi calon penerima beasiswa.

Sebelumnya, Prof Budi Santosa Purwokartiko membuat gaduh dengan menulis status di Facebook pribadi pada 27 April 2022, hingga viral. Tulisan guru besar Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) tersebut memicu kontroversi lantaran mengandung unsur suku, agama, ras, dan antargolongan (SARA).

Budi secara terus terus menunjukkan sikap antiterhadap mahasiswa yang mengucapkan kalimat dalam ajaran Islam, seperti insya Allah, barakallah, hingga qadarallah. Bahkan, ia tidak segan melabeli buruk mahasiswa perempuan yang berjilbab. "Tidak satu pun menutup kepala ala manusia gurun," ujarnya dalam tulisannya yang viral dan akhirnya dihapus dari akun Facebook-nya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement