Sabtu 07 May 2022 08:03 WIB

Saat Remaja, Otak Ternyata Berhenti Beri Respons pada Suara Ibu

Otak remaja disebut berhenti respons khusus apabila mendengar suara ibu.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Otak remaja disebut berhenti respons khusus apabila mendengar suara ibu.
Foto: www.freepik.com.
Otak remaja disebut berhenti respons khusus apabila mendengar suara ibu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Janin dalam kandungan dapat mengenali suara ibu mereka. Sejak bayi hingga usia 12 tahun, otak anak mengalami respons unik setiap kali mendengar suara ibu. Menurut studi terbitan 2016, anak dapat mengidentifikasi suara ibu dengan tingkat akurasi sangat tinggi.

Akan tetapi, respons unik itu tidak selamanya bertahan. Riset baru yang terbit di Journal of Neuroscience menunjukkan otak remaja berusia 13 tahun mulai berhenti menunjukkan respons khusus setiap kali mendengar suara ibu. Respons justru terjadi ketika mendengar suara-suara asing. Para peneliti menggunakan pemindaian otak MRI fungsional untuk memberikan penjelasan neurobiologis mengenai kondisi tersebut.

Baca Juga

Hal itu sekaligus menjawab pertanyaan bagaimana remaja mulai mandiri dari orang tua, khususnya ibu. Menurut penulis utama studi, Daniel Abrams, yang merupakan profesor klinis psikiatri dan ilmu perilaku di Universitas Stanford, pergeseran otak ke arah suara-suara baru adalah aspek pematangan kepribadian yang sehat.

"Remaja tidak tahu telah melakukan ini. Mereka hanya menjadi diri sendiri: memiliki teman baru dan ingin menghabiskan waktu bersama mereka.  Pikiran mereka semakin sensitif dan tertarik pada suara-suara asing," ungkap Abrams, dikutip dari laman Futurity, Sabtu (7/5/2022).

Bagi seorang anak, suara ibu adalah sumber yang mengajari tentang dunia sosial-emosional dan perkembangan bahasa. Namun, berdasarkan pemindaian otak, remaja cenderung mengabaikannya demi suara lain yang didengar, bahkan suara yang sebelumnya tidak diketahui.

Hasil studi baru didapat dari menyempurnakan penelitian sebelumnya, dengan menambahkan data dari remaja berusia 13 hingga 16,5 tahun. Semua peserta memiliki IQ minimal 80 dan dibesarkan oleh ibu kandung, tidak memiliki gangguan neurologis, psikiatri, atau masalah belajar.

Para peneliti menemukan bahwa di antara remaja, semua suara menimbulkan aktivasi yang lebih besar di beberapa wilayah otak dibandingkan anak-anak yang berusia lebih muda. Area otak itu termasuk yang menyeleksi suara, memproses pendengaran, dan menyaring informasi penting.

Respons otak terhadap suara asing meningkat pada otak peserta usia remaja. Pembeda remaja dari anak-anak yang lebih muda adalah bahwa suara-suara asing menimbulkan aktivitas yang lebih besar daripada suara ibu di wilayah otak yang terlibat dalam memberikan nilai pada informasi sosial.

Peralihan ke suara-suara asing terjadi di pusat otak pada peserta yang ada di rentang usia 13 dan 14 tahun. Tidak ada perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan. Tim peneliti senang bisa mengungkap dasar-dasar kemampuan remaja untuk menyesuaikan diri dengan orang baru.

"Seorang anak menjadi mandiri di beberapa titik, dan itu dipicu sinyal biologis yang mendasarinya. Itulah yang kami temukan. Ini adalah sinyal yang membantu remaja terlibat dengan dunia dan membentuk koneksi yang memungkinkan mereka mahir secara sosial di luar keluarga mereka," kata penulis senior Vinod Menon, seorang profesor psikiatri dan ilmu perilaku. 

Interaksi sosial seseorang mengalami transformasi besar selama masa remaja. Temuan tersebut menunjukkan bahwa proses yang terjadi berakar pada perubahan neurobiologis. Ketika remaja tampak memberontak dengan tidak mendengarkan orang tua, itu karena mereka terbiasa untuk lebih memperhatikan suara-suara di luar rumah mereka.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement