REPUBLIKA.CO.ID, BOGOTA -- Pemerintah Kolombia mengatakan serangan geng bersenjata Clan del Golfo di jalan tol di utara negara itu telah menghancurkan lebih dari 100 mobil. Pemerintah mengatakan "serangan bersenjata" ini sebagai bentuk protes ekstradisi Dairo Antonio Usuga yang dikenal sebagai Otoniel ke Amerika Serikat (AS).
Pemerintah Kolombia mengatakan serangan bersenjata yang telah berlangsung selama empat hari ini bertujuan membatasi pergerakan orang dan mobil dan menutup bisnis-bisnis. Aksi teror yang dimulai sejak Kamis (5/5/2022) lalu ini berdampak pada Provinsi Antioquia, Bolivar, Cordoba dan Sucre.
Pada Rabu (4/5/2022) lalu Kolombia mengekstradisi Otoniel yang didakwa penyeludupan narkoba dan pemimpin Clan del Golfo ke AS setelah berhasil ditangkap bulan Oktober tahun lalu. Otoniel mengaku tidak bersalah atas dakwaan penyeludupan narkoba ke AS dan diperintahkan ditahan di New York untuk menunggu sidangnya.
"Kami di sini untuk menjamin keamanan rakyat Kolombia dan melawan siapa pun yang ingin merusak ketenangan daerah makmur ini dengan tindakan kriminal," kata Kementerian Pertahanan Diego Molano di Monteria, Jumat (6/5/2022).
Molano mengumumkan peningkatan patroli di kota-kota, kabupaten dan sepanjang jalan tol untuk mengembalikan ketertiban dan melindungi lalu lintas dan bisnis. Ia menaikan imbalan bagi yang memiliki informasi yang mengarah pada penangkapan pemimpin Clan del Golfo yang baru.
Kementerian pertahanan membentuk unit pasukan pemburu baru untuk memastikan penangkapan tersebut. Molano mengatakan usai Otoniel ditangkap Wilver Giraldo dan Jesus Avila Villadiego yang dikenal sebagai Sipoas dan Chiquito Malo mengambil alih kekuasaan Clan del Golfo.
Ia menaikan hadiah informasi penangkapan mereka menjadi 1,2 juta dolar AS. Menteri Dalam Negeri Daniel Palacios mengatakan personel militer dan anggota pasukan Garda Polisi Kolombia menangkap 44 orang yang terlibat dalam serangan di jalan-jalan tol. Ia menambahkan truk, bus, mobil dan motor rusak dalam serangan-serangan itu.