Ahad 08 May 2022 08:30 WIB

Zelenskyy: Rusia Harus Mundur untuk Capai Kesepakatan

Kesepakatan damai bergantung pada mundurnya pasukan Rusia ke posisi sebelum invasi

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
FILE - Pasukan Rusia berbaris selama parade militer Hari Kemenangan untuk merayakan 74 tahun sejak kemenangan dalam Perang Dunia II di Lapangan Merah di Moskow, Rusia, pada 9 Mei 2019.
Foto: AP/Alexander Zemlianichenko
FILE - Pasukan Rusia berbaris selama parade militer Hari Kemenangan untuk merayakan 74 tahun sejak kemenangan dalam Perang Dunia II di Lapangan Merah di Moskow, Rusia, pada 9 Mei 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV - Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, kesepakatan damai dengan Rusia akan bergantung pada mundurnya pasukan Rusia ke posisi sebelum invasi yang mereka mulai. Hal ini ia katakan di hadapan lembaga think tank London, Chatham House pada Jumat (6/5/2022) waktu setempat.

Zelenskyy mengatakan, posisi mundur itu merupakan jumlah minimum yang dapat diterima negaranya. Presiden juga mengatakan tidak ada pertanyaan tentang Rusia yang mempertahankan wilayah yang telah ditaklukkannya sejak menginvasi Ukraina.

"Untuk menghentikan perang antara Rusia dan Ukraina, langkahnya harus memulihkan situasi pada 23 Februari," katanya seperti dilansir laman BBC, Sabtu (7/5/2022).

"Saya dipilih oleh rakyat Ukraina sebagai presiden Ukraina, bukan sebagai presiden Ukraina kecil. Ini adalah poin yang sangat penting," ujarnya menambahkan.

Referensi situasi pada 23 Februari menunjukkan Ukraina mungkin tidak bersikeras merebut kembali Krimea sebelum berdamai dengan Rusia. Semenanjung itu dianeksasi oleh Rusia delapan tahun lalu.

Zelenskyy menyerukan dimulainya kembali dialog diplomatik antara Rusia dan Ukraina. "Terlepas dari kenyataan bahwa mereka menghancurkan semua jembatan kami, saya pikir tidak semua jembatan itu hancur, secara kiasan," katanya.

Sementara Rusia menggambarkan proses itu sebagai "keadaan stagnasi". Rusia saat ini tengah berjuang untuk mengambil kendali penuh atas kota Mariupol.

Masih ada pasukan Ukraina bersama dengan beberapa warga sipil di pabrik baja Azovstal yang luas di kota tenggara, yang telah menjadi sasaran serangan gencar Rusia. Pada Jumat, 50 warga sipil termasuk 11 anak-anak dievakuasi dari pabrik baja Azovstal di Mariupol.

Ini adalah operasi yang dikoordinasikan oleh PBB dan Palang Merah. Lebih banyak lagi yang diyakini masih terperangkap di terowongan dan bunker era Soviet di bawah pabrik yang luas itu.

Wakil Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan operasi itu telah diperlambat oleh pertempuran dan apa yang disebutnya "provokasi". Dia mengatakan evakuasi akan dilanjutkan pada Sabtu.

Rusia sebelumnya telah mengumumkan gencatan senjata siang hari di pabrik selama tiga hari, mulai Kamis. Sementara itu Zelensky mengatakan dia mengundang Kanselir Jerman Olaf Scholz untuk mengunjungi Ukraina pada 9 Mei. Kehadiran pemimpin Jerman di Ukraina pada hari Rusia memperingati pengorbanan Soviet dalam Perang Dunia Kedua akan sangat simbolis.

"Dia dapat membuat langkah politik yang sangat kuat dan bijaksana ini, untuk datang ke sini pada 9 Mei, ke Kiev," kata Zelensky. "Saya tidak menjelaskan pentingnya, saya pikir Anda cukup berbudaya untuk memahami mengapa."

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement