Senin 09 May 2022 01:05 WIB

Aturan Taliban Wajibkan Burqa Bagi Perempuan Tuai Kecaman

Dekrit Taliban menyerukan agar perempuan mengenakan burqa jika keluar rumah

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Nur Aini
Perempuan mengenakan burqa, ilustrasi
Foto: Facebook
Perempuan mengenakan burqa, ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Taliban pada Sabtu (7/5/2022) memerintahkan semua perempuan di Afghanistan untuk mengenakan pakaian yang menutup kepala sampai ujung kaki atau burqa, jika keluar rumah. Itu adalah aturan lama yang pernah diberlakukan oleh Taliban ketika berkuasa di Afghanistan periode 1995-2001, sebelum datangnya pasukan asing yang dipimpin Amerika Serikat (AS). 

Misi Bantuan PBB di Afghanistan sangat prihatin dengan aturan baru Taliban tersebut. "Keputusan ini bertentangan dengan banyak jaminan mengenai penghormatan dan perlindungan hak asasi manusia semua warga Afghanistan, termasuk perempuan dan anak perempuan, yang telah diberikan kepada masyarakat internasional oleh perwakilan Taliban selama diskusi dan negosiasi selama dekade terakhir," ujar pernyataan misi bantuan PBB tersebut.

Baca Juga

Pada Sabtu, Taliban mengeluarkan dekrit yang menyerukan agar perempuan mengenakan burqa jika keluar rumah. Penjabat Menteri Kebajikan Taliban, Khalid Hanafi, mengatakan, aturan penggunaan burqa bertujuan untuk memberikan rasa aman kepada wanita Afghanistan.

“Kami ingin saudara perempuan kami hidup dengan bermartabat dan aman,” kata Hanafi.

Tetapi dekrit itu tidak mendapat dukungan luas di antara kepemimpinan Taliban yang terbagi dua golongan, yaitu pragmatis dan garis keras. Keputusan itu dapat mengganggu upaya Taliban untuk mendapatkan pengakuan dari calon donor internasional, ketika Afghanistan terperosok dalam krisis kemanusiaan yang semakin memburuk.

“Untuk semua perempuan Afghanistan yang bermartabat, mengenakan hijab itu perlu dan hijab terbaik adalah chadori (burqa dari kepala sampai ujung kaki) yang merupakan bagian dari tradisi kami dan dihormati. Perempuan-perempuan yang tidak terlalu tua atau muda harus menutup wajah, kecuali mata mereka.  Prinsip-prinsip Islam dan ideologi Islam lebih penting bagi kami daripada yang lainnya," ujar seorang pejabat dari Kementerian Kebajikan di bawah kepemimpinan Taliban, Shir Mohammad. 

Peneliti senior Afghanistan, Heather Barr dari Human Rights Watch mendesak masyarakat internasional untuk memberikan tekanan terkoordinasi pada Taliban. “(Ini) perlu tanggapan yang serius dan strategis terhadap meningkatnya serangan Taliban terhadap hak-hak perempuan,” ujarnya.

Sementara, Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih mengutuk keputusan Taliban dan mendesak mereka untuk membatalkannya. "Kami sedang mendiskusikan ini dengan negara dan mitra lain.  Legitimasi dan dukungan yang dicari Taliban dari komunitas internasional bergantung sepenuhnya pada perilaku mereka, khususnya kemampuan mereka untuk mendukung komitmen yang dinyatakan dengan tindakan,” katanya dalam sebuah pernyataan.  

Taliban digulingkan oleh koalisi pimpinan AS pada 2001, karena menyembunyikan pemimpin Alqaeda Osama bin Laden. Taliban kembali berkuasa pada Agustus tahun lalu, bertepatan dengan kepergian pasukan asing pimpinan AS dari Afghanistan.

Sejak mengambil alih kekuasaan, para pemimpin Taliban berselisih pendapat saat mereka berjuang untuk transisi dari perang ke pemerintahan. Ini memiliki garis keras mengadu melawan yang lebih pragmatis di antara mereka.

Pada Ahad (8/5) di Ibu Kota, Kabul, banyak perempuan di jalan mengenakan jilbab besar yang sama seperti sebelumnya. Mereka di Bandara Internasional Kabul tanpa pendamping kerabat laki-laki. Sementara di Kota Kabul, masih terlihat perempuan naik bus kecil sendirian tanpa pendamping. Sebelumnya Taliban menyerukan agar setiap perempuan yang keluar rumah didampingi oleh kerabat laki-laki. 

Seorang juru bicara dari Pangea, sebuah organisasi non-pemerintah Italia yang telah membantu perempuan selama bertahun-tahun di Afghanistan, mengatakan, keputusan penggunaan burqa akan sangat sulit diterima. Hal itu karena sebagian besar perempuan Afghanistan telah hidup dalam kebebasan selama 20 tahun terakhir.

“Dalam 20 tahun terakhir, mereka telah memiliki kesadaran hak asasi manusia, dan dalam rentang beberapa bulan telah kehilangan itu. Sangat dramatis bagi mereka untuk (saat ini) memiliki kehidupan yang tidak ada sebelumnya," ujar juru bicara Pangea, Silvia Redigolo.

Taliban memberlakukan aturan yang menuai kecaman dan dinilai melanggar kebebasan perempuan, sejak kembali mengambil alih Kabul. Taliban melarang anak perempuan usia sekolah menengah kembali ke kelas. Sementara sebagian besar provinsi menutup lembaga pendidikan untuk anak perempuan dan perempuan. Namun di Kabul, sekolah dan universitas swasta tetap beroperasi. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement