REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Obesitas menjadi ancaman serius bagi kesiapan militer Amerika Serikat (AS). Hal ini diungkapkan oleh para peneliti dari University of Kentucky College of Medicine, yang merilis sebuah penelitian berjudul Journal of Nutrition Education and Behavior.
Dalam penelitian tersebut, para peneliti menguraikan konsekuensi dari peningkatan tingkat obesitas di AS, dan dampaknya pada kesiapan militer negara tersebut. Salah satu penulis studi tersebut, Sara Police dari Department of Farmakologi dan Ilmu Gizi University of Kentucky College of Medicine, mengatakan, obesitas merupakan masalah kompleks yang memiliki dampak mendalam terhadap keamanan nasional.
“Ini adalah masalah kompleks yang memiliki dampak mendalam pada keamanan nasional dengan membatasi jumlah rekrutan yang tersedia, mengurangi pencalonan kembali, dan berpotensi mengurangi kesiapan misi. Isu tambahan yang relevan termasuk perubahan demografi militer dan kerawanan pangan di antara keluarga militer,” ujar Police, dilansir Alarabiya, Senin (9/5/2022).
Menurut studi tersebut, korelasi antara kesehatan penduduk AS dan keamanan nasional pertama kali diidentifikasi pada 1946, ketika Program Makan Siang Sekolah Nasional diluncurkan untuk mengatasi kekurangan gizi di antara rekrutan militer Perang Dunia Kedua. Pada saat itu, kebiasaan makan ditandai dengan asupan kalori yang terbatas per hari, karena menyesuaikan jumlah pasokan makanan AS yang terkena dampak perang.
Menurut studi tersebut, pengayaan kalori yang dramatis dan peningkatan ukuran porsi, dimasukkan ke dalam pasokan makanan AS untuk meningkatkan berat badan. Kemudian sejak 1960, tingkat rekrutmen militer yang memenuhi syarat dan melebihi standar lemak tubuh telah berlipat ganda untuk pria dan tiga kali lipat untuk wanita. Hal ini mendorong para pemimpin militer untuk menyerukan perubahan nutrisi dan pola diet, termasuk pengenalan pilihan yang lebih terjangkau dan lebih sehat di lingkungan angkatan bersenjata.
Police mengatakan, Seargent Drill atau pelatih militer adalah pemimpin penting dalam angkatan bersenjata untuk pembinaan, konseling, pendampingan, dan pelatihan tentara baru. Perspektif ini mengacu pada studi sebelumnya yang menggambarkan bahwa informasi nutrisi yang akurat dan pemodelan perilaku sangat memengaruhi rekrutan.
“Pemimpin lain, termasuk komandan dan bintara, juga memainkan peran penting dalam penyebaran informasi dan pemodelan perilaku dan dapat memiliki dampak berkelanjutan pada tentara di luar pelatihan dasar,” kata salah satu rekan penulis studi Nicole Ruppert.
Studi tersebut menyatakan, resimen pelatihan dasar hari ini mencakup lebih banyak wanita dan orang-orang dari kelompok minoritas ras atau etnis. Inu adalah kelompok yang cenderung mengalami tingkat obesitas dan kerawanan pangan yang lebih tinggi.