Senin 09 May 2022 16:43 WIB

PM Kishida: Jepang Perlu Waktu untuk Hapus Impor Minyak Rusia

Kelompok negara G7 sepakat untuk keluar dari ketergantungan minyak Rusia.

Red: Teguh Firmansyah
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida .
Foto: Kyodo News via AP
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida .

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang akan membutuhkan waktu untuk menghentikan impor minyak Rusia. Pernyataan itu disampaikan Perdana Menteri Fumio Kishida setelah negara-negara Kelompok Tujuh (G7) setuju menghentikan impor minyak buat melawan invasi Moskow ke Ukraina dalam pertemuan secara daring pada Ahad (8/5/2022).

"Untuk negara yang sangat bergantung pada impor energi, ini adalah keputusan yang sangat sulit. Tapi koordinasi G7 paling penting pada saat seperti sekarang ini," kata Kishida kepada wartawan, mengulangi komentar yang dia buat pada pertemuan G7.

Baca Juga

"Mengenai waktu pengurangan atau penghentian impor minyak (Rusia), kami akan mempertimbangkannya sambil mengukur situasi sebenarnya," katanya.

Dia tidak menjelaskan lebih lanjut soal tahapan keluar dari ketergantungan minyak. Menurut data Refinitiv, tidak ada kapal yang memuat minyak Rusia ke Jepang sejak pertengahan April.

Sekitar 1,9 juta barel diekspor dari Rusia ke Jepang pada April, turun 33 persen dari bulan yang sama tahun lalu.Negara ini mengimpor total 89 juta barel minyak pada Maret.

Krisis Ukraina telah menyoroti ketergantungan energi Jepang pada Rusia bahkan ketika Tokyo telah bertindak cepat dan bersama-sama dengan G7 dalam menerapkan sanksi.

Larangan terbaru menggarisbawahi perubahan dalam kebijakan Jepang. Jepang mengatakan akan sulit untuk segera memotong impor minyak Rusia, yang menyumbang sekitar 33 juta barel dari keseluruhan impor minyak Jepang atau 4,0 persen untuk tahun 2021.

Ia telah mengatakan akan melarang impor batu bara Rusia secara bertahap, hanya menyisakan gas alam cair (LNG). Jepang berada di tempat yang sangat sulit sejak menutup sebagian besar reaktor nuklirnya setelah bencana nuklir Fukushima 2011.

Rusia adalah pemasok minyak mentah dan LNG terbesar kelima Jepang tahun lalu.Pemerintah dan perusahaan-perusahaan Jepang memiliki saham dalam proyek minyak dan LNG di Rusia, termasuk dua di Pulau Sakhalin yang merupakan mitra Exxon Mobil Corp dan Shell PLC. Mereka telah mengumumkan akan keluar.

Namun penyulingan minyak terbesar Jepang, Eneos Holdings Inc yang telah berhenti membeli minyak mentah Rusia, mengatakan akan mendapatkan pasokan dari Timur Tengah. Peringkat kedua Idemitsu Kosan Co Ltd juga mengatakan tidak memiliki rencana untuk membeli minyak mentah Rusia.

"Pengilangan utama Jepang telah menangguhkan penandatanganan kontrak berjangka baru untuk membeli minyak Rusia dan tidak ada masalah dalam mengamankan alternatif," kata Direktur Pelaksana Senior Asosiasi Perminyakan Jepang (PAJ), Shinya Okuda, kepada Reuters.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement