Inflasi April Kota Malang Capai 1,44 Persen, Tertinggi di Jatim
Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini, merilis tingkat inflasi per April 2022 di Kota Malang, Senin (9/5/2022). | Foto: Tangkapan layar
REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Tingkat inflasi di Kota Malang pada April 2022 tercatat mencapai 1,44 persen. Ini menyebabkan Kota Malang sebagai daerah dengan inflasi tertinggi di Provinsi Jawa Timur (Jatim).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Malang, Erny Fatma Setyoharini mengatakan, delapan kota IHK di Jatim pada dasarnya mengalami inflasi pada April 2022. Namun dari kota-kota tersebut, Kota Malang tercatat paling tinggi nilai inflasinya.
"Kalau Kota Malang inflasi yang tertinggi, yang terendah ada di Kota Sumenep yaitu 0,95 persen. Jadi 0,95 persen pun termasuk terendah untuk kondisi lebaran kali ini," kata Erny, Senin (9/5/2022).
Jika dibandingkan dengan angka rata-rata di Jatim dan nasional, tingkat inflasi Kota Malang masih yang tertinggi. Pada April 2022, inflasi di Jatim berada di angka 1,05 persen. Sementara itu, angka inflasi untuk tingkat nasional sebesar 0,95 persen.
Berdasarkan grafik BPS, inflasi per April 2022 di Kota Malang termasuk paling tinggi dibandingkan dua tahun terakhir pada bulan yang sama. Pada April tahun lalu misalnya, Kota Malang hanya mampu memperoleh nilai inflasi sebesar 0,10 persen. Bahkan, pada April 2020 hanya mampu mendapatkan nilai -0,12 persen.
Menurut Erny, penyebab utama inflasi di Kota Malang adalah naiknya harga di kelompok transportasi sebesar 4,24 persen. Komoditas penyumbang inflasi pada kelompok pengeluaran ini antara lain bensin, angkutan udara, mobil, tarif kereta api, travel, dan lain-lain.
"Ini memang selalu naik saat Lebaran. Permintaannya naik dan harga berapapun tetap terjual," ujar perempuan berhijab ini.
Kelompok pengeluaran penyebab inflasi terbesar kedua di Kota Malang, yakni makanan, minuman, dan tembakau. Komoditas-komoditas yang termasuk kategori ini seperti minyak goreng, daging, sapi, daging ayam ras, dan ayam hidup.
Menurutnya, komoditas-komoditas ini acap mengalami kenaikan harga saat memasuki Lebaran. Penyedia makanan dan minuman atau restoran termasuk kelompok pengeluaran penyebab inflasi terbesar ketiga di Kota Malang.
Hal ini terutama untuk komoditas kue kering berminyak dan nasi dengan lauk. Harga komoditas ini bisa naik karena adanya peningkatan nilai jual minyak goreng.
Selain kelompok-kelompok tersebut, kategori perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga ikut memberikan andil inflasi.
Adapun komoditas-komoditas yang masuk dalam pengelompokan ini antara lain sapu, sabun cair/cuci piring, dan upah rumah tangga.