REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Bank Dunia, pada Senin (9/5/2022), menyetujui pinjaman sebesar 150 juta dolar AS untuk membantu Lebanon mendanai impor gandum dan menjaga harga roti di dalam negeri tetap stabil selama sembilan bulan mendatang. Saat ini Lebanon diketahui sedang menghadapi krisis ekonomi yang parah.
“Program (Bank Dunia) tersebut, yang dikenal sebagai Lebanon Wheat Supply Emergency Response Project, masih perlu disetujui oleh kabinet dan parlemen,” kata Menteri Ekonomi Lebanon Amin Salam saat diwawancara Reuters.
Lebanon memang sangat bergantung pada impor bahan makanan. Untuk mendatangkan mereka, Lebanon harus membayarnya menggunakan dolar AS. Sejak perekonomiannya rontok pada 2019, negara tersebut kian sulit memperoleh dolar AS. Mata uang pound telah kehilangan lebih dari 90 persen nilainya. Sementara harga pangan naik lebih dari 11 kali lipat.
Kekurangan roti telah memburuk sejak Ukraina harus menghadapi perang dengan Rusia. Ukraina adalah negara yang memasok sebagian besar gandum ke Lebanon. Awal bulan lalu, Wakil Perdana Menteri Lebanon Saadeh al-Shami sempat mengatakan, negaranya sudah menghadapi kebangkrutan. “Negara telah bangkrut seperti halnya Banque du Liban (bank sentral Lebanon). Kerugian telah terjadi dan kami akan berusaha mengurangi kerugian rakyat,” kata al-Shami saat diwawancara media lokal Al-Jadeed pada 4 April lalu.
Al-Shami menjelaskan, situasi negara “tidak dapat diabaikan”, sehingga penarikan bank tidak dapat dibuka untuk semua orang. “Saya berharap kami berada dalam situasi normal,” ujarnya.
Dia mengungkapkan, kerugian bakal didistribusikan di antara negara bagian, Banque du Liban, bank-bank, dan deposan. “Tidak ada konflik pandangan tentang pembagian kerugian,” ucapnya.