REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW – Warga Rusia tidak bisa merayakan Hari Kemenangan atas Nazi Jerman dengan tenang. Sebab, pada hari yang sama, banyak platform online yang diganggu peretas sebagai bagian dari protes atas perang di Ukraina.
Pada Senin (9/5/2022), The Washington Post melaporkan, layanan TV pintar memperlihatkan pesan yang ditulis peretas berisi tentang konflik yang sedang berlangsung. “Darah ribuan orang Ukraina dan ratusan anak-anak terbunuh di tangan Anda. TV dan pihak berwenang telah berbohong. Hentikan perang,” bunyi pesan itu.
Selain TV pintar, peretasan juga menargetkan beberapa perusahaan internet terbesar di Rusia, termasuk Yandex dan Rutube, alternatif layanan YouTube. “Hosting video kami telah mengalami serangan siber yang kuat. Saat ini, tidak mungkin untuk mengakses platform,” kata layanan tersebut dalam sebuah pernyataan yang diposting di saluran Telegramnya. Kemudian Rutube menyatakan telah mengisolasi serangan itu dan pustaka kontennya tidak diakses dalam insiden tersebut.
Dilansir Engadget, Selasa (10/5/2022), sejak Rusia melancarkan invasi ke Ukraina pada 24 Februari, negara itu terus menerus diserang para peretas. Pada awal konflik, peretas yang terkenal dengan inisial Anonymous mengaku bertanggung jawab atas serangkaian serangan DDoS yang menyebabkan beberapa situs resmi pemerintah, termasuk satu milik Kementerian Pertahanan tidak dapat diakses.
Anonymous juga bertanggung jawab atas insiden yang membuat beberapa saluran TV Pemerintah Rusia memutar lagu kebangsaan Ukrania. Pada saat yang sama, Ukraina dengan bantuan Microsoft dan perusahaan Barat lainnya, belum lama ini berhasil mencegah peretas militer Rusia yang mengganggu salah satu penyedia energi negara tersebut.