Selasa 10 May 2022 19:10 WIB

Setop Beri Ruang Pelaku LGBT di Indonesia

Sekali diberi ruang, LGBT akan dianggap perilaku yang biasa saja.

Red: Joko Sadewo
Aksi tolak LGBT di depan Kantor Wali Kota Depok, Jumat (31/1). Aksi ini mengecam Komnas HAM yang mendukung LGBT dan mendukung Wali Kota Depok untuk melarang kegiatan LGBT di Depok
Foto: Republika/Rusdy Nurdiansyah
Aksi tolak LGBT di depan Kantor Wali Kota Depok, Jumat (31/1). Aksi ini mengecam Komnas HAM yang mendukung LGBT dan mendukung Wali Kota Depok untuk melarang kegiatan LGBT di Depok

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Ketua Fraksi PKS DPR, Jazuli Juwaini, menegaskan tidak ada ruang bagi pelaku (dan perilaku) LGBT di Indonesia. Jika diabaikan perilaku LGBT akan dianggap hal yang normal saja.

Polemik LGBT muncul setelah podcast Deddy Corbuzier dinilai memberi ruang 'kampanye' bagi pelaku seks menyimpang tersebut. Deddy sendiri akhirnya men-takedown video podcast nya tersebut. "Stop memberi ruang bagi pelaku LGBT di negara kita, apalagi sampai diekspose di raung publik, didengar dan dilihat masyarakat luas terutama generasi muda bangsa,” kata Jazuli, dalam siaran pers, Selasa (10/5/2022).

Baca Juga

Anggota Komisi I DPR ini menyesalkan, publik figur seperti Deddy Corbuzier memberi ruang bagi pelaku LGBT untuk leluasa mengekspresikan dan mengeksplorasi paham seks menyimpang mereka untuk dikonsumsi publik. Apalagi Deddy, lanjutnya, selama ini dikenal memiliki follower yang besar. Semestinya, kata dia, Deddy fokus bantu negara mengedukasi masyarakat dengan konten-konten yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945. "Banyak konten Deddy lainnya yang edukatif, konsisten di situ saja,” ungkapnya. 

Konten yang melanggar Pancasila dan konstitusi negara, seperti LGBT, menurut Jazuli, semestinya tidak diberi ruang. LGBT jelas bertentangan dengan identitas dan karekter bangsa sebagai negara yang beragama dan berbudaya luhur.

Diingatkannya, sekali ada sikap permisif dan memberi ruang bagi LGBT, maka mereka leluasa berbicara ke publik. Bahkan mengkampanyekan perilakunya. Akhirnya paham menyimpang itu lambat laun akan diikuti banyak orang.

"Itu kekuatan repetisi dari media publik. Sesuatu yang diulang-ulang, menjadi biasa, lalu dimaklumi, dan akhirnya ditiru. Mestinya public figure paham itu,” papar politikus senior ini.

Untuk itu, anggota DPR Dapil Banten ini menegaskan pilihannya cuma satu untuk konten LGBT di podcast milik Deddy Corbuzier tersebut: take down. “Syukur alhamdulillah Deddy sendiri yang men-takedown diikuti permintaan maaf, klarifikasi, dan edukasi bahaya LGBT. Semoga tidak terulang lagi oleh content creator lain dan media manapun,” kata Jazuli.

Ke depan, lanjut Jazuli, Kementerian Kominfo harus lebih aktif mengawasi dan mensupervisi konten-konten menyimpang di media sosial dan platform digital. Kementerian Kominfo punya kewenangan men-takedown konten-konten menyimpang untuk kepentingan masyarakat yang lebih luas.

"Apalagi jika banyak protes dan report terhadap konten tersebut. Hal ini sekaligus menegaskan bahwa negara hadir menjaga generasi bangsa dari perilaku seks menyimpang," pungkas Jazuli.

Umroh plus wisata ke mana nih, yang masuk travel list Sobat Republika di Tahun 2024?

  • Turki
  • Al-Aqsa
  • Dubai
  • Mesir
  • Maroko
  • Andalusia
  • Yordania
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement