REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Marcello Lippi menjelaskan alasan Italia memenangkan Piala Dunia 2006. Lippi juga mengungkapkan momen lucu saat ia meminta selurug pemain memelorotkan celana mereka dalam latihan sebelum menyingkirkan Jerman di semifinal.
Dikutip dari Football Italia, sang pelatih memberikan ceramah di sebuah universitas di Roma pada Senin (9/5/2022) dan melihat kembali kariernya. Ini termasuk saat memenangkan Liga Champions bersama Juventus dan tentu saja mengangkat trofi paling bergengsi dalam sepak bola.
"Saya memenangkan banyak piala pada waktu saya, tapi percayalah, tidak ada yang bisa menggantikan kepuasan memenangkan Piala Dunia dengan negara Anda sendiri," kata Lippi. "Tidak ada Liga Champions atau Scudetto yang bisa dibandingkan. Emosi memberi Italia Piala Dunia benar-benar unik."
Azzurri memenangkan turnamen akbar antarnegara itu di Jerman pada tahun 2006. Ia merayakannya dengan komunitas besar keturunan Italia yang tinggal di negara tersebut. "Percayalah, ada orang Italia yang datang ke hotel di Jerman menangis dan meminta kami untuk memberi mereka momen kebahagiaan ini dan kami melakukan itu. Itu luar biasa. Seperti biasa di kompetisi ini, Anda juga butuh keberuntungan, dan kami berhasil menghindari negara-negara besar hingga semifinal," tuturnya.
Azzurri menghadapi tuan rumah Jerman di semifinal, menang 2-0 di perpanjangan waktu dengan gol-gol dari Fabio Grosso dan Alessandro Del Piero, saat adu penalti tampaknya akan segera terjadi. Lippi mengungkapkan momen menarik dari persiapan hingga pertandingan melawan Die Mannschaft.
Pagi sebelum semifinal dengan Jerman, tim sedang melakukan pemanasan di dekat Dortmund. Kemudian ia melihat kilatan cahaya datang dari pepohonan di dekatnya. Ia curiga beberapa fotografer bersembunyi dan mencoba mendapatkan beberapa informasi orang dalam tentang taktik Azzurri.
"Jadi saya memberi tahu para pemain saya tentang hal itu, meminta mereka semua berbaris dengan punggung menghadap ke pohon dan atas perintah saya, membungkuk dan menarik celana pendek Anda ke bawah," katanya.
"Mereka melakukannya dan kami semua tertawa. Fakta bahwa tidak ada foto yang diterbitkan menunjukkan bahwa tidak ada fotografer, tetapi setidaknya kami bersenang-senang, elemen yang sangat diperlukan untuk tim pemenang. Kualitas teknis saja tidak cukup jika Anda tidak memiliki keharmonisan dalam kelompok," jelas Lippi.
Menurutnya pelatih terbaik bukanlah yang paling berkompeten, tetapi yang mampu menciptakan semangat tim terbaik.
Lippi pensiun pada 2019 setelah serangkaian pengalaman di China bersama Guangzhou Evergrande dan tim nasional China. Sang pelatih pun tak segan-segan mengakui alasan bertualang di Asia. Ia merasa sudah memenangkan segalanya sebagai pelatih, tapi tak mendapatkan balasan sepadan dalam bentuk uang.
"Jadi, setelah banyak proposal, saya akhirnya menerima. Mereka akan merekrut Guus Hiddink, jadi saya bertanya berapa mereka akan membayarnya dan itu 10 juta euro per tahun. Pada saat itu, saya berkata, 'Baik, Anda mungkin bisa berayun ke saya'. Saya memenangkan trofi Liga Champions Asia, yang belum pernah dimenangkan oleh klub China sebelumnya," ujar Lippi bangga.