REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Kemenangan Ferdinand Marcos Jr sebagai presiden Filipina yang baru memicu demonstrasi pada Selasa (10/5/2022). Sekitar 400 orang, sebagian besar mahasiswa, melakukan protes terhadap Marcos di luar komisi pemilihan dengan alasan ketidakberesan pemilihan.
Kelompok hak asasi manusia Karapatan meminta orang Filipina untuk menolak terpilihnya Marcos. Sosok anak dari mantan diktator Filipina ini dikatakan membangun citra di atas kebohongan dan disinformasi untuk menghilangkan bau menjijikkan.
Sementara itu, Amnesty International menuduh Marcos dan calon wakil presiden Sara Duterte-Carpio menghindari pembahasan pelanggaran hak asasi manusia. Padahal keduanya merupakan anak dari pemimpin Filipina sebelumnya yang memiliki masalah tersebut.
Marcos yang menghindari debat dan wawancara selama kampanye baru-baru ini memuji ayahnya sebagai seorang jenius dan negarawan. Dia selalu menunjukan kekesalan tentang era darurat militer yang terjadi pada masa kepemimpinan Ferdinand E Marcos.
Badan jajak pendapat pun menyatakan penolakannya atas pengaduan yang diajukan oleh berbagai kelompok, termasuk korban darurat militer, yang telah berusaha untuk menyingkirkan Marcos dari pemilihan presiden. Pengajuan itu berdasarkan keyakinan penggelapan pajak pada 1995. Sebanyak dua dari pemohon, termasuk kelompok kiri Akbayan, mengatakan mereka akan mengajukan banding ke Mahkamah Agung.
Selain desakan tidak setuju atas kemenangan Marcos, kondisi pasar Filipina berada pada posisi beragam. Indeks saham Filipina turun 3 persen pada satu titik, obligasi dolar jatuh. Sementara mata uang peso naik 0,4 persen terhadap dolar.