REPUBLIKA.CO.ID, MANILA -- Ferdinand Marcos Jr atau yang dikenal Bongbong memenangi pemilihan umum Filipina. Putra mendiang diktator Ferdinand Marcos itu duduk di kursi kekuasaan 36 tahun setelah rakyat Filipina menumbangkan ayahnya lewat revolusi.
Bongbong berhasil mengalahkan lawan terberatnya mantan Wakil Presiden Leni Robredo. Ia menjadi kandidat pertama dalam beberapa dekade terkahir yang memenangkan mayoritas langsung pemilihan presiden Filipina. Bongbong membawa kembali dinasti Marcos ke tampuk kekuasaan.
Marcos diasingkan ke Hawaii bersama keluarganya selama revolusi rakyat tahun 1986. Gejolak politik itu mengakhiri 20 tahun kekuasaan otokratik ayahnya. Ia kemudian kembali ke Filipina pada tahun 1991 lalu menjabat sebagai anggota Kongres dan Senat.
Dengan hampir 98 persen surat surat sah yang telah dihitung kemenangan Marcos sudah hampir dipastikan. Ia meraup 31 juta juta suara. Jumlah ini dua kali lipat dibandingkan Robredo. Hasil pemilihan resmi diperkirakan akan diumumkan pada akhir bulan.
"Ada ribuan orang seperti anda di luar sana, para sukarelawan, kelompok-kelompok pararel, pemimpin politik yang telah memberikan suaranya dengan kami karena keyakinan kami pada pesan persatuan kami," kata Marcos dalam pidato yang disiarkan secara langsung di Facebook, Selasa (10/5/2022).
Marcos yang berusia 64 tahun mengkampanyekan persatuan. Pengamat politik mengatakan tidak mungkin pemerintahannya akan menjalankan hal itu walaupun ia hampir menang telak.
Saham Filipina turun 3 persen pada Selasa ini sebelum memangkas kerugian. Jatuhnya harga saham sejalur dengan melemahnya ekuitas global, walaupun sejumlah anlis berpendapat kemungkinan juga disebabkan belum jelasnya kebijakan Marcos.
"Investor ingin melihat tim ekonominya," kata kepala strategi pasr BDO Unibank Jonathan Ravelas di Manila. Sementara itu nilai mata uang peso naik 0,4 persen terhadap dollar AS.
Banyak yang tidak mendukung Bongbong marah dengan kemenangannya. Mereka menilai keluarga Marcos mencoba untuk mengubah narasi sejarah yang sebenarnya. Ribuan oposisi Ferdinand Marcos Sr menderita atas persekusi yang dilakukan negara selama masa darurat militer 1972 hingga 1981.
Nama keluarga Marcos identik dengan kronisme, penjarahan kekayaan negara dan hidup mewah dengan uang tersebut. Keluarga itu membantah tuduhan tersebut dan banyak pendukung, blogger dan pemengaruh media sosial mengatakan sejarah telah dibelokan.
Marcos Sr telah meninggal dunia pada 28 September 1989 di usia 72 tahun di Honolulu, Hawaii. Istrinya, Imelda Marcos kini berusia 92 tahun. Imelda dikenal mengoleksi lebih dari 3.000 pasang sepatu mewah.