REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan pernyataan Bank Indonesia (BI) dalam RDG beberapa bulan terakhir, BI akan menormalisasi kebijakan moneternya terutama suku bunga BI7RR apabila inflasi sisi permintaan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Meskipun demikian, BI sudah memulai kebijakan normalisasi likuiditas dengan menaikkan GWM pada Maret 2022 dan berlanjut pada Juni 2022 dan September 2022 mendatang.
Menurut Ekonom PT Bank Permata Tbk Josua Pardede pertimbangkan realisasi inflasi April 2022 sebesar 3,47 persen yoy, didorong oleh peningkatan inflasi sisi produksi/supply side inflation sejalan dengan kenaikan harga BBM Pertamax, kenaikan harga sebagian besar harga komoditas pangan jelang Idul Fitri, kenaikan tarif transportasi udara. Oleh sebab itu, BI akan melakukan assessment lebih mendalam terkait perkembangan inflasi sisi permintaan mengingat suku bunga kebijakan moneter ditujukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi.
"Lebih lanjut, pemerintah dan BI juga perlu memperkuat koordinasi terutama terkait dengan rencana pemerintah untuk melakukan penyesuaian terhadap harga BBM Pertalite, LPG 3kg dan tarif listrik yang dimana juga memiliki second round effect pada inflasi sisi permintaan," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (10/5/2022).
Oleh sebab itu, menurutnya dalam rangka menjangkar ekspektasi inflasi, BI diperkirakan akan mempertimbangkan untuk menormalisasi suku bunga kebijakannya dengan menaikkan suku bunga BI7RR sebesar 50-75 bps pada semester II 2022.
"Meskipun BI melakukan normalisasi kebijakan moneternya, diperkirakan dapat menjangkar ekspektasi inflasi pelaku ekonomi sedemikian sehingga akan tetap mendukung momentum pemulihan ekonomi Indonesia pada 2022," ucapnya.