Selasa 10 May 2022 21:35 WIB

Ekonom: 7DRRR Diproyeksi Naik Semester II 2022

BI kemungkinan naikkan suku bunga acuan 7DRRR sebesar 50-75 BPS

Rep: Lida Puspaningtyas/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Warga melakukan penukaran uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Jalan Braga, Kota Bandung. Bank Indonesia (BI) diproyeksi menaikan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) pada Semester II 2022. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyampaikan BI diperkirakan akan mempertimbangkan normalisasi suku bunga kebijakan untuk menjangkar inflasi.
Foto: REPUBLIKA/ABDAN SYAKURA
Warga melakukan penukaran uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat, Jalan Braga, Kota Bandung. Bank Indonesia (BI) diproyeksi menaikan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) pada Semester II 2022. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyampaikan BI diperkirakan akan mempertimbangkan normalisasi suku bunga kebijakan untuk menjangkar inflasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) diproyeksi menaikan suku bunga acuan 7 Days Reverse Repo Rate (7DRRR) pada Semester II 2022. Kepala Ekonom Bank Permata, Josua Pardede menyampaikan BI diperkirakan akan mempertimbangkan normalisasi suku bunga kebijakan untuk menjangkar inflasi.

"Hal ini dengan menaikkan suku bunga BI7RRR sebesar 50-75 bps pada semester II tahun 2022 ini," katanya pada Republika, Selasa (10/5).

Meskipun BI melakukan normalisasi kebijakan moneternya, tambah Joshua, diperkirakan dapat menjangkar ekspektasi inflasi pelaku ekonomi sedemikian rupa.  Sehingga akan tetap mendukung momentum pemulihan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 ini.

Berdasarkan pernyataan BI dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) beberapa bulan terakhir, BI akan normalisasi kebijakan moneternya terutama suku bunga BI7RRR apabila inflasi sisi permintaan menunjukkan peningkatan yang signifikan. Meskipun demikian, BI sudah memulai kebijakan normalisasi likuiditas dengan menaikkan GWM pada bulan Maret 2022 dan berlanjut pada Juni 2022 dan September 2022 mendatang.

Realisasi inflasi April 2022 yang tercatat 3,47 persen (yoy) didorong oleh peningkatan inflasi sisi produksi atau supply side inflation. Ditambah dengan kenaikan harga BBM Pertamax, kenaikan harga sebagian besar harga komoditas pangan jelang Idul Fitri, kenaikan tarif transportasi udara.

"Oleh sebab itu, BI akan melakukan assessment lebih mendalam terkait perkembangan inflasi sisi permintaan mengingat suku bunga kebijakan moneter ditujukan untuk menjangkar ekspektasi inflasi," katanya.

Lebih lanjut, pemerintah dan BI juga perlu memperkuat koordinasi terutama terkait dengan rencana pemerintah untuk melakukan penyesuaian terhadap harga BBM Pertalite, LPG 3 kg dan tarif listrik. Karena ini juga memiliki second round effect pada inflasi sisi permintaan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement