REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Center of Economic and Law Studies (Celios) memprediksi Bank Indonesia menaikkan suku bunga acuan sebesar 50 sampai 75 basis poin. Hal ini mempertimbangkan inflasi yang mulai meningkat di dalam negeri dan kenaikan suku bunga di negara maju, serta stabilitas pasar keuangan yang mulai terganggu.
Direktur Celios Bhima Yudhistira mengatakan prediksi tersebut juga mencermati dampak terhadap pemulihan sektor riil. "APBN sebagai bantalan harus bisa stabilkan harga energi dan pangan melalui berbagai intervensi," ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (10/5/2022).
Dia juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2022 sebesar 4,5 persen. Hal ini seiring pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19.
"Pemulihan ekonomi pada kuartal I 2022 karena mobilitas masyarakat diperlonggar. Selain itu boom harga komoditas baik perkebunan dan pertambangan mampu mendorong kinerja nett ekspor. Ini karena windfall saja bukan transformasi struktural," ucapnya.
Bhima menyebut hal yang perlu diantisipasi yakni meningkatnya inflasi harga produsen maupun konsumen pada semester II 2022. Daya beli yang sedang pulih bisa terganggu oleh inflasi berlebihan.
"Lockdown di China serta konflik di Ukraina juga berdampak luas terhadap rantai pasok dan kinerja ekspor," ucapnya.
Menurutnya risiko lain yakni naiknya tingkat suku bunga berpengaruh terhadap kinerja berbagai lapangan usaha termasuk sektor properti. Jika KPR lebih mahal maka kelas menengah mungkin menunda membeli hunian.
"Jadi tidak bisa terlena pertumbuhan positif hanya kuartal I 2022. Tantangan akan jauh lebih kompleks kuartal berikutnya," ucapnya.