REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) diprediksi akan menaikkan suku bunga acuannya. Hal itu karena, bank sentral Amerika Serikat The Federal Reserve (The Fed) pun telah menaikkan suku bunganya.
Sekretaris Jenderal Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) mengaku tidak khawatir bila BI menaikkan suku bunga. Asalkan masyarakat tetap memiliki daya beli.
"Apa artinya bunga rendah kalau masyarakat nggak punya daya beli," ujar dia kepada Republika.co.id, Selasa (10/5/2022).
Lagi pula, kata Kukuh, kenaikan tersebut baru prediksi dan belum terjadi. Ia menjelaskan, otomotif bukanlah industri impulsif yang langsung berubah ketika ada perubahan.
"Harus dipelajari dulu. Kejadian-kejadian naiknya inflasi dan suku bunga selalu terjadi. Misal tahun 1998, 2009, 2010, jadi industri otomotif sudah antisipasi jangka panjang," jelasnya.
Kukuh melanjutkan, rata-rata pembeli kendaraan bermotor terdiri dari orang yang sadar dan mempunyai perencanaan jangka panjang. "Ada antisipasi dari konsumen. Jadi kita lihat dulu, cermati, dan tidak reaktif," jelas dia.
Ia menilai, menaikkan suku bunga menjadi keharusan karena adanya faktor geopolitik dan inflasi. Hal terpenting, lanjutnya, ekonomi tumbuh dan ada daya beli.
Kukuh melanjutkan, industri otomotif kini dalam tahap ekspansi awal. Pemulihannya menuju kondisi normal saat sebelum pandemi.
"Penjualan otomotif pada kuartal I bagus. Kenaikannya sekitar 61 persen dibandingkan kuartal sama tahun lalu, kalau dilihat lagi, PMI Manufaktur juga di atas 50," jelasnya.