REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Menurut Syekh Ibnu Atha'illah dalam Kitab Al-Hikam, manusia harus menyadari statusnya sebagai seorang hamba Allah. Maka manusia tidak boleh melupakan statusnya sebagai seorang hamba Allah dalam kesehariannya.
Sebagai seorang hamba Allah, manusia dilarang mengklaim sifat-sifat Allah seperti mengklaim diri paling berkuasa, paling perkasa, paling mulia, paling tinggi dan lain sebagainya. Karena klaim seperti itu adalah kesombongan, sementara Allah tidak menyukai kesombongan.
"Allah melarang kamu mengklaim atau mengakui sesuatu yang bukan hak kamu, karena itu hak orang lain. Maka apakah mungkin Allah akan mengizinkan kamu mengklaim atau mengakui sifat-sifat Allah padahal Allah yang memelihara, mengatur, dan menjamin seisi alam." (Syekh Atha'illah, Al-Hikam).
Terjemah kitab Al-Hikam oleh Ustaz Bahreisy menambah penjelasan perkataan Syekh Atha'illah dengan mengutip hadist-hadist ini.
Ibn Abbas mengatakan, Rasulullah SAW telah bersabda, "Allah telah bersabda, kesombongan itu pakaian-Ku (selendang-Ku), dan kebesaran itu sebagai sarung-Ku, maka siapa yang akan bersaing dengan Aku dalam salah satu sifat itu, Aku melemparkannya ke dalam neraka."
Memang sebaik-baiknya seorang hamba adalah yang mengakui dan menyadari sifat-sifat seorang hamba. Sejahat-jahat seorang hamba adalah yang tidak menyadari kehambaan dirinya. Sejahat-jahatnya seorang hamba merasa seolah-olah memiliki kekuatan, kekuasaan dan kemuliaan yang sebenarnya adalah hak Allah dan sifat-sifat utama bagi Allah Ta'ala.
Jika seorang hamba menginginkan semua sifat itu, maka caranya dapat dengan menyandarkan diri kepada Allah yang memiliki semua itu.
Rasulullah SAW bersabda, "Tidak ada seorang yang lebih cemburu dari Allah karena itu Allah mengharamkan segala perbuatan yang keji. Karena itu pula Allah tidak akan mengampuni orang yang menyukutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Karena itu pula sifat-sifat kesempurnaan Allah, tidak boleh dikurangi walau sedikitpun."