REPUBLIKA.CO.ID, PALU -- Ikatan Ahli Perencanaan Indonesia (IAP) dan Komunitas Historia Sulawesi Tengah mengusulkan kepada Pemerintah Kota Palu agar menjadikan kawasan eks Jembatan IV di Teluk Palu sebagai situs sejarah kebencanaan.
"Kami juga mengimbau untuk melakukan prioritas penataan kawasan segi tiga sejarah kebencanaan Kota Palu secara ekologis dan berkelanjutan," jelas Ketua IAP Sulawesi Tengah Wildani Pingkan Suripurna Hamzens di Palu, Rabu (11/5/2022).
IAP Sulteng telah mengirim surat ke pemerintah kota terkait pelestarian kawasan eks Jembatan IV Palu. IAP dan Historia Sulteng meminta agar fisik jembatan di sisi timur dan barat tidak dihancurkan atau tetap dipertahankan.
"Rencana pembangunan kembali Jembatan IV Palu dapat menyebabkan hilangnya eks Jembatan Palu yang lama. Kami juga berharap lingkungan sekitarnya agar segera dapat ditata secara ekologis dan berkelanjutan," tuturnya.
Jembatan IV Palu yang terletak di muara Sungai Palu dan Teluk Palu merupakan situs utama sejarah kebencanaan Kota Palu. Daerah ini dianggap layak dilestarikan dan ditata menjadi center of tsunami memorial park.
Ini magnet dalam Geowisata sejarah kebencanaan kota Palu bersama dengan upaya konservasi untuk penataan area bekas likuefaksi di wilayah Balaroa dan Petobo.
"Mungkin dipasang papan informasi dan perlu dukungan pemerintah untuk mengimbau dan melarang masyarakat agar tidak membangun kembali di kawasan tersebut," terangnya.
Menurut Wildani, Kota Palu harus mampu ditata berbasis sejarah potensi dan daya dukung fisik kota dengan memperhatikan resiko Kota Palu yang rawan terhadap bencana alam.Untuk itu telah hadir konsep taman bumi atau Palu Geopark city untuk penataan ulang Kota Palu yang berkelanjutan.
"Kota Palu kiranya ditata sebagai Kota sumber ilmu pengetahuan kebumian dan dibangun sebagai kota modern dengan suasana hikmat," sebutnya.
Bencana alam yang menimpa Kota Palu dan sekitarnya pada 28 September 2018 merupakan bagian dari sejarah Kota Palu.