REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan simulasi Lembaga Indikator Politik Indonesia, duet Ganjar Pranowo-Erick Thohir lebih unggul dibandingkan pasangan Prabowo Subianto-Puan Maharani. Walaupun unggul, namun ada sejumlah hambatan yang harus diselesaikan agar duet tersebut dapat terealisasi di Pilpres 2024 mendatang.
Analis politik dan Direktur IndoStrategi Research and Consulting, Arif Nurul Iman mengatakan, Ganjar dalam beberapa survei selalu menempati tiga besar elektebilitas sebagai calon presiden. Belum lagi aksi Erick Thohir dalam beberapa waktu terakhir telah berhasil meningkatkan elektabilitasnya.
“Tentunya kita tahu Ganjar merupakan pejabat publik yang menjadi media darling dan hari ini memiliki elektabilitas 3 besar dan erick thohir menteri yang juga muncul sebagai salah satu bakal calon wakil presiden yang memiliki elektabilitas lumayan,” katanya saat dihubungi, Rabu (11/5/2022).
Namun, dia mengingatkan, Ganjar dan Erick Thohir harus memastikan dukungan dari partai. Walaupun Gubernur Jawa Tengah itu kader PDIP, belum tentu partai yang dipimpin Megawati Soekarnoputri itu akan mengusungnya.
Begitu juga dengan Erick Thohir, sampai saat ini Menteri BUMN itu belum terdaftar sebagai kader salah satu partai. Sementara, partai atau koalisi partai harus memperoleh minimal 25 persen suara atau 20 persen kursi di DPR agar dapat mengusung calon presiden dan wakil presiden.
“Masalahnya belum ada yang jelas mengusung duet ini, yang jelas Ganjar-Erick Thohir kekurangannya tidak ada kepastian tiket maju di Pilpres. Kalau elektabiltias Ganjar dan Erick tinggi,” jelasnya.
Arif mengungkapkan, Ganjar dan Erick Thohir merupakan pasangan yang saling melengkapi. Sebab simpatisan ataupun pendukung keduanya tidak sama.
“Ganjar dan Erick, simpatisan atau pendukungnya memiliki segmen berbeda, kalau digabung maka mereka memiliki elektabilitas tinggi. Apalagi Erick saat ini masuk kandidat cawapres,” tutupnya.
Untuk diketahui, nama Ganjar dan Erick Thohir masuk dalam daftar calon nama presiden yang akan diusulkan Partai NasDem kepada Surya Paloh dalam rapat kerja nasional (Rakernas). Selain itu, keduanya juga masuk dalam bursa Rembuk Rakyat yang dilakukan PSI.
Sebelumnya, nama Erick Thohir yang dipasangkan sebagai pendamping calon presiden terbilang mendongkrak persentase elektabilitas Capres. Hal itu terlihat dalam hasil survei simulasi tiga pasangan Pilpres yang dilakukan Lembaga Indikator Politik Indonesia.
Misalnya, Anies-AHY 27,4 persen Vs Ganjar-Erick 32,2 persen versus Prabowo-Puan 28,7 persen. Kemudian Anies-AHY 27,1 persen Vs Ganjar-Airlangga Hartarto 29, 7 persen versus Prabowo-Erick 31 persen. Selanjutnya, Anies-AHY 29,2 persen Vs Ganjar-Puan 26,9 persen Vs Prabowo-Erick 31,8 persen.
Tidak ketinggalan simulasi Anies-Erick 26,2 persen Vs Ganjar-Airlangga 31,2 persen Vs Prabowo-Puan 29,4 persen.
"Untuk simulasi dua pasangan, nama Anies-Erick 41,1 persen Vs Prabowo-Puan 38,9 persen. Ganjar-Erick 41,8 persen Vs Prabowo-Puan 39 persen. Ganjar-Puan 33,1 persen Vs Prabowo-Erick 47,5 persen. Ganjar-Anies 44,1 persen Vs Prabowo-Erick 39,7 persen," kata Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi.
Indikator Politik Indonesia melakukan survei secara tatap muka pada 11 Februari - 21 Februari 2022. Populasi survei ini adalah seluruh warga negara Indonesia yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan.
Penarikan sampel menggunakan metode multistage random sampling. Dalam survei ini jumlah sampel basis sebanyak 1.200 orang. Sampel berasal dari seluruh Provinsi yang terdistribusi secara proporsional. Dengan asumsi metode simple random sampling, ukuran sampel basis 1.200 responden memiliki toleransi kesalahan (margin of error--MoE) sekitar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen. Responden terpilih diwawancarai lewat tatap muka oleh pewawancara yang telah dilatih.