REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekspektasi inflasi akan berpengaruh pada kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia. Deputi Gubernur BI, Dody Budi Waluyo mengatakan, realisasi inflasi April 2022 dipengaruhi faktor musiman yaitu hari besar keagamaan dan pemulihan mobilitas masyarakat.
"Setelah faktor musiman ini berlalu akan terjadi koreksi," katanya pada Republika, Selasa (10/5) malam.
Secara umum, BI tetap pada target inflasi 2022 yang diperkirakan berada dalam kisaran sasaran 2-4 persen. Dody mengatakan, BI terus memonitor resiko inflasi ke depan.
Besaran dan timing dari respon kebijakan moneter akan tergantung pada faktor-faktor penyebab inflasi. Berdasarkan asesmen, tambahnya, inflasi di Indonesia saat ini lebih berasal dari sisi supply dan cost push.
"Sementara inflasi dari sisi permintaan relatif moderat yang didukung dengan output gap perekonomian yang masih negatif," katanya.
Menurut Dody, BI akan mengandalkan langkah-langkah koordinasi dengan Pemerintah melalui Tim Pengendalian Inflasi (TPI) dan TPI Daerah dalam mengatasi inflasi dari sisi supply tersebut.
Namun jika tekanan inflasi, khususnya inflasi inti, dipandang permanen dan akan melampaui sasaran, BI siap mengambil langkah-langkah berikutnya termasuk penyesuaian suku bunga. Kepala Ekonomi Bank Syariah Indonesia, Banjaran Surya Indrastomo menyampaikan, kenaikan suku bunga akan sangat bergantung pada terkendalinya inflasi.
"Proyeksi kenaikan suku bunga bisa pada kuartal III 2022, bergantung apakah inflasi terkendali atau tidak," katanya pada Republika, Rabu (11/5).
Menurutnya, kenaikan inflasi yang terjadi pada bulan April sebesar 3,47 persen sudah bisa diprediksi. Seiring dengan adanya momen Ramadhan, persiapan lebaran, serta mulai pulihnya mobilitas dan konsumsi masyarakat.
Selain inflasi seasonal yang didukung perbaikan ekonomi, kenaikan harga komoditas global juga mempengaruhi inflasi untuk beberapa komoditas. Kenaikan inflasi yang disebabkan tren musiman biasanya turun kembali.
"Secara historis inflasi akan kembali turun setelah momen Ramadhan dan Idul Fitri usai," katanya.
Namun demikian, Banjaran mengatakan Bank Indonesia perlu mencermati persistensi kenaikan harga pada kelompok inti. Mengingat negara mitra dagang utama Indonesia masih mengalami tren kenaikan inflasi.
Pemerintah juga perlu menyiapkan kebijakan untuk mengantisipasi multiplier efek dari rencana kenaikan harga BBM dan gas bersubsidi. Pemerintah sedang mengkaji kenaikan harga Pertalite, Gas 3 kg, dan tarif listrik untuk mengurangi beban fiskal.