Rabu 11 May 2022 14:39 WIB

Gelar Halalbihalal, Rektor IPB Sampaikan Tujuh Nilai Penting Sebagai Pembelajar

Prof Nasaruddin Umar: Halalbihalal ini bukan hanya untuk sesama orang hidup.

Red: Irwan Kelana
Rektor IPB University Prof Arif Satria.
Foto: Dok IPB University
Rektor IPB University Prof Arif Satria.

REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR -- IPB University menggelar halalbihalal 1443 H di IPB International Convention Center, Bogor, pada Selasa  (10/5). Halalbihalal digelar secara hybrid oleh segenap civitas akademik IPB University  dan disiarkan secara live streaming melalui YouTube channel IPB TV.

Dalam sambutannya, Prof Arif Satria, rektor IPB University mengatakan, suasana kesucian, kejernihan kebeningan hati, dan kebersihan jiwa adalah sesuatu yang harus didapatkan dan akan terus berulang. 

“Proses ikhtiar adalah modal untuk menghadapi kehidupan yang butuh respons penuh dengan kecepatan kompleksitas agar kita terus berada dalam rel kemajuan,” ucapnya dikutip dalam rilis yang dterima Republika.co.id.

 Ia lalu mengungkapkan, setidaknya ada tujuh  nilai penting yang harus dipegang sebagai pembelajar. Yang pertama adalah Iqro (bacalah). “Membaca di sini adalah membaca teks tetapi harus dimaknai dengan berbagai perspektif karena kita dituntut untuk mendalami nilai-nilai yang terkandung dalam teks dan memahami konteks yang selalu dinamis dan berkembang,” ungkapnya. 

Kedua, katanya, nilai yang berorientasi pada masa depan. Ia menerangkan, masa depan ini adalah bagian dari ikhtiar untuk terus bergerak maju serta memahami dorongan kemajuan orientasi masa depan dunia dan akhirat. 

“Semakin kita sukses di dunia untuk memberikan manfaat kemaslahatan untuk umat artinya kita mensyukuri nikmat Allah atas nikmat kehidupan, akal, kemerdekaan dan iman,” ucapnya. 

Nilai ketiga yaitu orientasi waktu dan kualitas kerja. Prof Arif Satria mengatakan, kualitas kerja yang baik merupakan syarat untuk mendapatkan kehidupan yang baik. Ia menyebut, kualitas kerja yang baik perlu pemanfaatan waktu yang baik.

Nilai keempat adalah menginspirasi dan kolaborasi. Prof Arif mengatakan, sebuah modal penting untuk menghadapi era ketidakpastian dan kompleksitas adalah kolaborasi. Pasalnya, manusia tidak bisa hidup bergantung pada diri sendiri.

Nilai kelima yaitu integritas. Prof Arif menjelaskan, sifat shiddiq  (jujur) adalah sifat yang berkaitan tentang kejujuran dan integritas.

“Inovasi hebat adalah inovasi hasil kolaborasi dan kolaborasi yang hebat adalah saling percaya. Saling percaya akan kuat kalau basisnya adalah integritas,” ucapnya.

Nilai keenam adalah berpikir positif. “Husnudzon (berprasangka baik)  adalah cara kita untuk melapangkan dan menjernihkan jiwa dan ini adalah modal kita untuk berpikir positif,” ucap Prof Arif.

Nilai ketujuh adalah nilai tentang proaktif dan inisiatif. Prof Arif Satria mengatakan, nasib sebuah kaum tergantung pada masyarakat dalam memformulasikan visi, merumuskan strategi dan menjalankan eksekusi dengan baik.

Dua arti halalbihalal

photo
Imam Besar Masjid Istiqlal Prof Nasaruddin Umar.  (Foto: Dok IPB University)

Sementara, Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta Prof Nasaruddin Umar yang tampil  sebagai penceramah memperkenalkan bahwa kata halalbihalal mempunyai dua arti yaitu dari segi religi dan kebangsaan. “Halalbihalal ini bukan hanya untuk kita sesama orang hidup. Kematian tidak boleh menjadi penghalang untuk bersilaturahim,” ucapnya.

Prof Nasaruddin mengatakan bahwa saat ini masyarakat  hanya mengetahui tiga jenis ukhuwah, yakni Ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama Muslim), Ukhuwah Wathaniyah (persaudaraan sebangsa), dan Ukhuwah Basyariyah (persaudaraan sesama manusia). Ia pun mengenalkan Ukhuwah Makhlukiyah sebagai persaudaraan sesama makhluk Allah yang jarang diungkap dalam bahasa populer saat ini.

“Dengan Ukhuwah Makhlukiyah, kita mengenalkan semua makhluk Allah dengan spirit persaudaraan. Cara bersikap terhadap tumbuhan, hewan, dan terhadap apa saja di sekitar kita dan harus kita sayangi,” ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement