REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyoroti lonjakan harga pangan akibat invasi Rusia ke Ukraina. Dalam perjalanan ke sebuah wilayah pertanian di Illinois, Biden ingin AS dapat berperan dalam mengatasi kerawanan pangan global.
Perang di Ukraina telah mengganggu pasokan gandum ke pasar global, termasuk memicu kenaikan harga minyak, gas alam, dan pupuk. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mengatakan, indeks harga pangan pada April melonjak hampir 30 persen dari tahun lalu. Selain itu, Amerika juga menderita karena harga pangan naik 8,8 persen dari tahun lalu, atau terbesar sejak Mei 1981.
Perjalanan ke Illinois pada Rabu (11/5/2022) bertepatan dengan rilis indeks harga konsumen bulan Mei. Menurut para ekonom, tingkat inflasi akan menurun untuk pertama kalinya sejak Agustus.
Tetapi jauh lebih luas, perjalanan Biden ke Illinois adalah kesempatan untuk memperkuat peran Amerika dalam membantu meringankan tantangan yang disebabkan oleh perang di Ukraina. Perjalanan tersebut mengikuti pola yang sama, ketika Biden mengunjungi sebuah pabrik senjata di Alabama, dan menyoroti rudal anti-tank Javelin yang disediakan oleh AS untuk Ukraina.
“Dia akan berbicara tentang dukungan yang perlu kita berikan kepada petani untuk membantu meningkatkan produksi. Sama seperti ketika kami menyediakan senjata, kami akan bekerja melakukan apapun untuk mendukung petani menyediakan lebih banyak gandum dan makanan lain di seluruh dunia," ujar juru bicara Gedung Putih Jen Psaki.
Biden mengatakan, Ukraina memiliki 20 juta metrik ton gandum dan jagung dalam penyimpanan. Amerika Serikat dan sekutunya coba membantu mengirim pasokan gandum dan jagung tersebut ke luar negeri. Ini akan membantu mengatasi beberapa masalah pasokan, meskipun tantangan dapat terus berlanjut.
Beberapa politisi Demokrat termasuk Ketua House of Representative, Nancy Pelosi, bertemu dengan Biden pada Selasa (10/5/2022) setelah mengunjungi Ukraina. Mereka memperingatkan bahwa, kekurangan pangan merupakan konsekuensi perang yang dimulai oleh Presiden Rusia Vladimir Putin. Dampak kekurangan pangan akan meluas melampaui perbatasan Ukraina ke beberapa negara termiskin di dunia.
"Ini akan mengakibatkan krisis kelaparan yang jauh lebih buruk daripada yang telah diantisipasi,” ujar Perwakilan Massachusetts Jim McGovern setelah pertemuan di Gedung Putih.
Analis dari American Enterprise Institute mencatat bahwa, negara-negara di Timur Tengah dan Afrika Utara kemungkinan besar akan mengalami kenaikan harga pangan yang lebih tinggi, karena kekurangan biji-bijian. Sejauh ini, ada batasan berapa banyak gandum yang dapat diproduksi AS untuk mengimbangi kekurangan pasokan.
Pada Maret Departemen Pertanian memperkirakan, 47,4 juta hektar gandum telah ditanam tahun ini. Jumlah ini meningkat hanya 1 persen dari 2021. Ini akan menjadi penanaman gandum terendah kelima sejak 1919.