Kamis 12 May 2022 01:57 WIB

Wilayah Pro Rusia di Ukraina Timur Blokir Facebook dan Instagram

Pada Maret lalu, Rusia telah memblokir Facebook dan Instagram.

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Logo Instagram. Republik Rakyat Donetsk (DNR) yang didukung Rusia dan Republik Rakyat Luhansk (LNR) di Ukraina timur telah memblokir akses ke Facebook dan Instagram.
Foto: AP Photo/Jenny Kane
Logo Instagram. Republik Rakyat Donetsk (DNR) yang didukung Rusia dan Republik Rakyat Luhansk (LNR) di Ukraina timur telah memblokir akses ke Facebook dan Instagram.

REPUBLIKA.CO.ID, DONETSK – Republik Rakyat Donetsk (DNR) yang didukung Rusia dan Republik Rakyat Luhansk (LNR) di Ukraina timur telah memblokir akses ke Facebook dan Instagram. Langkah tersebut dilakukan sejalan dengan kebijakan Rusia terhadap jejaring sosial yang berbasis di Amerika Serikat (AS).

Rusia mengakui dua wilayah separatis itu sebagai wilayah merdeka pada 21 Februari. Tiga hari kemudian, Rusia melancarkan invasi skala penuh ke Ukraina dalam tindakan yang disebut operasi militer khusus yang sebagian ditujukan untuk melindungi penutur bahasa Rusia.

Baca Juga

"Akses ke sumber informasi perusahaan Amerika Meta yang memungkinkan seruan kekerasan terhadap pengguna berbahasa Rusia di jejaring sosialnya telah diblokir,” kata kementerian komunikasi DNR dalam sebuah pernyataan. Sampai saat ini, Meta belum menanggapi hal tersebut.

Pada Maret lalu, Rusia telah memblokir Facebook dan Instagram setelah pengadilan memutuskan Meta bersalah atas aktivitas ekstremis. Untuk Facebook, Rusia melakukan pemblokiran karena Facebook telah membatasi akses bagi media Rusia.

Regulator komunikasi negara Rusia memblokir akses ke Instagram pada Maret setelah Meta mengatakan akan mengizinkan pengguna media sosial di Ukraina untuk mengirim pesan seperti “Matilah penjajah Rusia.” Meta mengatakan perubahan sementara dalam kebijakan ujaran kebencian hanya berlaku di Ukraina.

Rusia telah menjalin hubungan dekat dengan Donetsk dan Luhansk yang secara kolektif dikenal sebagai Donbas sejak mendukung pemberontakan pro Rusia pada tahun 2014 setelah pencaplokan Krimea dari Ukraina. Kedua wilayah itu menerima dukungan keuangan dari Rusia, menggunakan rubel Rusia sebagai mata uang mereka dan mengajarkan kurikulum Rusia di sekolah mereka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement