DIPLOMASI REPUBLIKA, BOURGES -- Momen Idul Fitri atau Lebaran di Prancis ternyata di luar dugaan A Melati, warga Indonesia yang kini kandidat PhD INSA CVL France. Lebaran yang dirayakan Senin (2/5) lalu, ternyata dalam dirayakan secara meriah di Prancis, yang dikenal memiliki aturan ketat memisahkan kehidupan beragama dari kehidupan publik.
Selama dua tahun terakhir, Prancis memberlakukan social distancing ketat. Sudah dua kali Lebaran, Muslim hanya diizinkan berkumpul paling banyak 10 orang dalam satu ruangan. Namun, tahun ini berbeda. Menurut Melati, suasana Lebaran menjadi sangat hikmat sekaligus terasa meriah di Prancis.
"Siapa sangka, negara yang bersemboyan Liberté, Egalité, Fraternité ini, yang juga terkenal dengan kebijakan laïcité, yaitu tidak boleh mencampurkan agama di area kegiatan publik, ternyata sangat erat dengan toleransi umat beragamanya pada momen Idul fitri ini," kata Melati kepada Diplomasi Republika.
Menurut Melati, yang juga dikenal sebagai dosen UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, di daerah Bourges Region, Centre Val de Loire, Muslim membuktikan eksistensinya. Mereka mengumpulkan jamaah Muslim di seluruh Bourges di satu tempat yang disewa yaitu Stadion Gymnase Yves du Manoir, Bourges.
Stadion itu berukuran sekitar 18.000 meter per segi. Saat Idul Fitri, tempat itu dipadati sekitar 3 ribu Muslim.
"Takbir berkumandang dengan lantang bersahutan-sahutan memenuhi seantero stadiun," papar Melati.
Saat memasuki stadion, jamaah yang membawa anak-anak diberi permen atau bon bon dan air mineral. Melati kemudian lebih terkejut karena Walikota Bourges Yann Galut tenyata datang ke acara Idul Fitri ini.
"Beliau memberi ucapan Eid Mubarak dan tak enggan diajak berfoto bersama. Suasana ini menjadi sangat spesial bagi saya sebagai mahasiswa, saat berkumpul dengan masyarakat Muslim Prancis bersama warga Indonesia lain," ujar Melati.
Namun, Lebaran kali ini memang tidak bertepatan dengan libur resmi. Maka, kata Melati, ia dan teman-temannya sesama mahasiswa doktoral, kembali ke kampus untuk melanjutkan riset mereka.
Di Prancis, Ramadhan tahun mempunyai durasi 14 jam berpuasa. Bagi Melati, puasa rasanya terbayar sudah dengan kegembiraan berkumpul dan merayakan kemenangan dengan warga Prancis lain.
Kesan mendalam juga dirasakan Indrawata Wardhana, mahasiswa Indonesia yang baru tiba di Prancis. Ini adalah Lebaran pertamanya dirayakan jauh dari keluarga yang tinggal di Indonesia.
Setelah selesai melaksanakan shalat Idi, panitia menyediakan berbagai makanan dan minuman di stand Norriture. Bahkan, mereka menyediakan kopi untuk dinikmati bersama.
Lebaran tak berakhir begitu saja. Para mahasiswa-mahasiswi dan keluarga Indonesia di daerah Bourges kemudian melakukan halal bi halal bersama. Mereka berkumpul di Château Mehun Sur Yvere, yang mempunyai suasana yang adem dan hijau.
"Kami saling bertukar makanan dan melepas penat sambil bercengkerama dengan keluarga," kata Melati. (yen)