Rabu 11 May 2022 21:23 WIB

Kadin Berharap Suku Bunga Pinjaman Turun

Bila suku bunga naik, pemulihan kinerja usaha dan ekonomi nasional bisa melambat.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Fuji Pratiwi
Teller menghitung uang di bank, Jakarta, Kamis (21/4/2022) (ilustrasi). Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia berharap, suku bunga pinjaman bisa turun. Dengan begitu, dapat memacu ekspansi kinerja usaha dan investasi.
Foto: ANTARA/Sigid Kurniawan
Teller menghitung uang di bank, Jakarta, Kamis (21/4/2022) (ilustrasi). Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia berharap, suku bunga pinjaman bisa turun. Dengan begitu, dapat memacu ekspansi kinerja usaha dan investasi.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia berharap, suku bunga pinjaman bisa turun. Dengan begitu, dapat memacu ekspansi kinerja usaha dan investasi.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Umum III Kadin Bidang Maritim, Investasi, dan Luar Negeri Shinta Widjaja Kamdani. Ia menanggapi soal Bank Indonesia (BI) yang diprediksi akan menaikkan suku bunga, karena The Fed telah menaikkan suku bunganya.

Baca Juga

"Kalau tidak bisa turun, yang kami inginkan berikutnya adalah agar suku bunga dipertahankan pada level saat ini selama mungkin dan tidak naik," ujar dia kepada Republika, Rabu (11/5/2022).

Hal itu karena, lanjutnya, pada level suku bunga sekarang saja, suku bunga pinjaman riil di Indonesia masih tergolong mahal dan kurang bersaing dibandingkan suku bunga pinjaman riil di berbagai negara tetangga. Selain itu, sambung Shinta, banyak pelaku usaha yang masih mengharapkan adanya relaksasi pembayaran pinjaman. Penyebabnya karena, masih tingginya ketidakpastian kondisi pasar. 

"Karena itu, kami bisa pastikan kalau suku bunga naik, pemulihan kinerja usaha dan ekonomi nasional bisa melambat. Maka, kami harap pemerintah bisa mempertahankan suku bunga saat ini selama mungkin untuk menstimulasi pertumbuhan kinerja usaha dan investasi," tuturnya.

Dunia usaha, kata dia, berharap pula pemerintah mempertahankan skema-skema pinjaman usaha yang affordable bagi pelaku usaha. Khususnya Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) dan beragam sektor usaha yang kinerjanya belum pulih sepenuhnya dari pandemi. 

Menurutnya, itu penting agar beban kenaikan suku bunga tidak meluas dan membebani pertumbuhan kinerja ekonomi nasional secara absolut. Hanya saja bisa dibatasi pada sektor-sektor usaha yang memang cukup mampu menanggung beban pinjaman lebih tinggi.

"Dengan demikian, tingkat pertumbuhan masih bisa dijaga di level lebih stabil," kata Shinta.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement