REPUBLIKA.CO.ID, PADANG -- Ketua Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) Sumatra Barat Darmawi menyebutkan, kunjungan wisatawan ke Sumatra Barat saat libur Lebaran Idul Fitri 1443 Hijriyah meningkat pesat dibandingkan sebelum masa pandemi Covid-19.
"Saya melihat ada peningkatan kunjungan ke Sumbar hampir 200 persen dibandingkan libur Lebaran pada 2018 dan 2019," kata Darmawati, di Padang, Rabu (11/5/2022).
Peningkatan ini juga disebabkan tingginya animo perantau yang pulang ke Sumbar setelah dua tahun tertahan di perantauan akibat larangan bepergian saat pandemi Covid-19 pada 2020 dan 2021.
Hal ini tentu memberikan efek positif terhadap ekonomi Sumatra Barat karena kamar hotel yang penuh dan ramainya destinasi wisata dikunjungi oleh masyarakat yang berlibur ke daerah itu.
Selain dampak positif, lonjakan kunjungan juga memberikan dampak negatif seperti kemacetan di sepanjang jalan akibat volume kendaraan yang meningkat tajam.
Ia mencontohkan, jalur dari Kabupaten 50 Kota menuju Kota Bukittinggi, Bukittinggi menuju Padang, jalur menuju Agam, Padang menuju Pesisir Selatan, Pariaman menuju Kota Padang, Solok menuju Padang Panjang dan Sawahlunto semua macet dan harus dilalui dalam waktu panjang.
Hal ini tentu menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah ke depan untuk membuat nyaman orang berlibur ke Sumbar dan tidak lagi terjebak kemacetan berjam-jam. Salah satu upaya yang dilakukan, tidak memperbolehkan kendaraan parkir di bahu jalan di seluruh jalur destinasi wisata karena ini salah satu penyebab kemacetan saat libur Lebaran.
"Seperti jalur Padang menuju Bukittinggi banyak toko, tempat makan yang tidak memiliki ruang parkir kendaraan yang cukup sehingga harus ke pinggir jalan," katanya.
Untuk memperlebar jalur tersebut, membutuhkan dana yang besar dan waktu yang cukup lama sehingga harus ada solusi dari persoalan tersebut. Ia juga mengimbau warga Sumbar agar tidak ikut bepergian saat libur saat libur Idul Fitri dan dirinya memperkirakan sekitar 20 hingga 30 persen yang ada di jalanan saat libur adalah warga Sumbar.
"Sebaiknya warga Sumbar tetap di rumah dan memberikan kesempatan kepada perantau untuk memanfaatkan waktu mereka di Sumbar. Terutama warga di sekitar destinasi wisata agar memberikan fasilitas akomodasi, makanan untuk dijual kepada warga yang datang," kata dia.
Kemudian untuk fasilitas hotel, dapat dilihat Sumbar ini masih butuh banyak hotel atau penginapan untuk menampung wisatawan yang datang. "Kita imbau warga yang mau berinvestasi penyediaan akomodasi agar jangan harga hotel di Sumbar terlalu mahal. Rumah juga bisa dijadikan home stay. Kita melihat banyak tamu yang menginap di masjid, di jalan dan SPBU dan ini menjadi catatan penting bagi kita saat lebaran tahun depan," katanya.