REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota Kongres Amerika Serikat (AS) Rashida Tlaib mendesak Pemerintah AS menyelidiki pembunuhan jurnalis Aljazirah Shireen Abu Akleh. Ia mengatakan, Israel sebagai pelaku kejahatan perang tidak boleh melakukan penyelidikan.
"Kami harus menginvestigasinya, kami sendiri, pembunuhan warga Amerika, seseorang di luar sana yang menjadi penjaga kebenaran dan melakukan pekerjaannya dibunuh oleh pemerintah apartheid yang terus kami danai dengan bantuan tanpa syarat," kata Tlaib pada stasiun televisi Aljazirah, Rabu (12/5/2022).
Tlaib merupakan salah satu dari dua perempuan Muslim pertama yang terpilih sebagai anggota Kongres AS. Ia dan Ilhan Omar terpilih sebagai anggota House of Representative dari Partai Demokrat pada 2019. Omar juga meminta pertanggungjawaban Israel atas kematian Abu Akleh.
"Ia dibunuh militer Israel, setelah keberadaannya sebagai jurnalis diketahui, setiap tahunnya kami memberikan bantuan militer ke Israel sebesar 3,8 miliar dolar AS tanpa syarat, apa yang akan kami perlukan untuk meminta pertanggungjawaban atas pelanggaran hak asasi manusia ini?" cicitnya di Twitter seperti dikutip Yahoo News.
Abu Akleh merupakan jurnalis Aljazirah yang dikenal di seluruh kawasan. Militer Israel menembaknya hingga tewas di Tepi Barat saat ia sedang meliput serbuan pasukan Israel di Kota Jenin. Dalam pernyataannya, Aljazirah mengatakan pembunuhan Abu Akleh merupakan pelanggaran hukum dan norma internasional.
Media itu mengatakan, saat pembunuhan terjadi Abu Akleh mengenakan tanda pengenal yang menunjukkan dirinya jurnalis. Rekannya di lokasi kejadian dan Otoritas Palestina mengatakan pasukan Israel menembak dan membunuh Abu Akleh.
Pemerintah Israel tidak mengaku bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut. Perdana Menteri Israel Naftali Bennett menuduh Palestina yang membunuh jurnalis tersebut. Tapi kemudian Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Aviv Kochavi mengatakan saat ini "tidak mungkin" menentukan siapa yang menembak Abu Akleh dan akan melakukan penyelidikan.