REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Kekerasan dan Islamofobia yang terjadi di India kian hari kian memanas. Atas hal tersebut, Pakistan meminta masyarakat internasional memberi perhatian dan memainkan perannya, dalam memastikan kebebasan beragama dan keamanan komunitas Muslim di negara tersebut.
Melalui Kementerian Luar Negeri, Pakistan juga mendesak Pemerintah India untuk secara transparan menyelidiki insiden kekerasan yang meluas terhadap minoritas, khususnya Muslim, serta tempat ibadah mereka. Bahkan, jika perlu diambil tindakan tegas untuk menghentikan insiden semacam itu di masa depan.
“Pemerintah India harus memastikan keselamatan, keamanan dan kesejahteraan minoritas,” kata Kementerian Luar Negeri Pakistan dikutip di Geo TV, Kamis (12/5).
Sebelumnya, Pakistan mengutuk sekeras mungkin insiden yang sangat menyedihkan, yang melibatkan pemutaran Hanuman Chalisa dan lagu-lagu renungan Hindu lainnya di pengeras suara. Aksi itu terjadi sebagai bentuk perlawanan terhadap panggilan shalat atau adzan bagi umat Islam di berbagai masjid di negara bagian Karnataka, India.
“Insiden yang mengganggu ini terjadi sehari setelah Sri Ram Sena membuat seruan tercela untuk 'menenggelamkan' Adzan melalui pemutaran Hanuman Chalisa dan himne agama Hindu lainnya secara provokatif," lanjut mereka.
Dalam pernyataannya, mereka mengutuk dan mencela aksi yang disebut sebagai kampanye “Azan se Azaadi”, yang diluncurkan oleh kelompok-kelompok fanatik Hindu di Karnataka. Bahkan, mereka menyebut hal ini seolah memperlihatkan tingkat baru radikalisme agama di India yang diperintah BJP.
Pemerintahan Modi diketahui telah menyaksikan dalam diam aksi-aksi serupa selama beberapa waktu terakhir. Para ekstremis menganggap keheningan itu sebagai dorongan, terutama ketika pengeras suara disingkirkan dari masjid-masjid di berbagai negara bagian di India, dengan dalih memastikan "keharmonisan komunal".
Media lokal India telah melaporkan secara luas tentang larangan Adzan disampaikan melalui pengeras suara. Beberapa masjid di banyak bagian India sekarang memutuskan mengecilkan volume suara mereka karena mendapat tekanan.
"Kebijakan eksklusif yang bertujuan menolak hak fundamental Muslim untuk menganut dan mempraktikkan agama mereka, seolah mengekspos prasangka anti-Muslim yang mengakar di negara bagian dan masyarakat India,” kata Kementerian Luar Negeri Pakistan.