REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Di era pesatnya perkembangan teknologi, semakin terasa perbedaan pendapat antara satu pihak dengan pihak lainnya. Bahkan, perbedaan pendapat itu kerap berujung pada sikap saling membenci dan berpecah belah.
Padahal, dalam hadits sudah ditegaskan bahwa perbedaan pendapat di antara umat Islam adalah rahmat. Hadits itu berbunyi:
ﺍِﺧْﺘِﻠﺎﻑُ ﺃُﻣَّﺘِﻲﺭَﺣْﻤَﺔٌّ
Artinya: Perbedaan (pendapat) di antara umatku adalah rahmat.
Namun, bukankah perbedaan pendapat itu akan menimbulkan perpecahan, sikap partisan, dan munculnya banyak pendapat?
Ulama dan pemikir asal Turki, Badiuzzaman Said Nursi mengungkapkan bahwa perbedaan pendapat itu justru dapat menyelamatkan kalangan awam dari kezaliman.
"Di sisi lain, perbedaan ini bisa menyelamatkan kaum awam dari kezaliman kaum elit yang zalim," kata Nursi dikutip dari bukunya yang berjudul “Misteri Puasa, Hemat, dan Syukur” terbitan Risalah Nur Press.
Menurut Nursi, jika kaum elit dari sebuah desa atau kota bersatu, maka mereka akan menindas kaum awam. Namun, jika terjadi perpecahan di antara kaum elit itu, orang awam yang terzalimi bisa berlindung kepada salah satu pihak.
Selanjutnya, kata dia, hakikat kebenaran juga akan tampak jelas dengan adanya adu pemikiran dan perbedaan pendapat. Dia pun menegaskan bahwa perbedaan yang disebutkan dalam hadis di atas adalah perbedaan yang bersifat positif dan konstruktif.
Artinya, lanjut Nursi, tiap-tiap pihak berusaha membenahi dan mempromosikan manhaj dan pendapatnya, tanpa berupaya menjatuhkan dan menolak manhaj orang lain. Setiap pihak pun berupaya menyempurnakan dan melakukan perbaikan terhadap manhaj pihak lain.
"Adapun perbedaan yang negatif adalah upaya untuk menghancurkan pihak lain dengan sikap partisan dan permusuhan. Bentuk perselisihan ini ditolak oleh hadis tersebut. Pasalnya, pihak-pihak yang terlibat dalam konflik tidak sanggup melakukan suatu hal yang positif dan membangun," jelas Nursi.