Industri Halal dan Pariwisata Merupakan Jihad fi Sabilillah
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir. | Foto: Dokumen
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah menggelar Seminar Pra Muktamar bertajuk Peluang dan Tantangan Industri dan Pariwisata Halal. Kegiatan berlangsung di Universitas Muhammadiyah (UM) Bandung.
Diisi Menparekraf Sandiaga Uno, Wabup Bandung Sahrul Gunawan, Founder PT Paragon Nurhayati Subakat, Kapus Kajian Sains Halal LPPM IPB Khaswar Syamsu, Dir LPHKHT PP Muhammadiyah Nadratuzzaman Hosen, dan Kaprodi S3 Kajian Pariwisata UGM Hendrie Adjie Kusworo.
Memberi pidato iftitah, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir menyebut, sektor ekonomi, bisnis, dan wirausaha merupakan jihad fi sabilillah yang harus dilakukan Muhammadiyah. Terutama, di bidang industri halal dan pariwisata.
Titik lemah umat Islam yang mayoritas negeri ini, termasuk negara luar di bidang ekonomi, bisnis, kewirausahaan. Sehingga, biar secara teologis memiliki ideologi tentang khairu ummah dan ajaran kita adalah Islam yang ya’lu wala yu’la alaih.
"Ajaran tertinggi dan terbaik, sempurna. Tapi, dalam aspek ekonomi, bisnis, dan wirausaha, kita sebagai umat, sebagai komunitas besar masih lemah," kata Haedar, Kamis (12/5/2022).
Haedar menganggap pernyataan mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla masih relevan. Ini jadi anggapan, dari 100 orang kaya di Indonesia, 10 orang di dalamnya umat Islam. Sebaliknya, jika ada 100 orang miskin, maka 88 di dalamnya adalah umat Islam.
Ia meyakini, argumen ini bisa didukung data empirik. Kenyataannya umat Islam yang mayoritas belum bisa berkualitas secara politik, budaya, iptek, dan lain-lain itu karena faktor utamanya masih lemah secara ekonomi, bisnis, dan kewirausahaan.
Maka itu, Haedar berharap, seminar ini menghasilkan pandangan-pandangan baru yang bersifat praktis, sehingga jadi gerakan yang dapat diaplikasi dan dikapitalisasi Muhammadiyah. Penting pula membangun kesadaran dan alam pikiran dari umat Islam.
Sehingga, lanjut Haedar, perjuangan bidang ekonomi apapun varian betul-betul jadi perhatian dan prioritas utama umat Islam. Itu tidak bisa kalau secara ummah dan kolektif tidak jadi harakah atau pergerakan yang itu sungguh-sungguh fokus.
"Lalu melipatgandakan, mengkapitalisasi motivasi dan usaha kita dan culture kita, maka apa yang selalu kita sebut sebagai ketertinggalan umat itu hanya akan selalu menjadi wacana seminar, ceramah, pidato," ujar Haedar.
Maka, Haedar berharap seminar ini mengambil intisari dan berbagai masukan penting untuk dimusyawarahkan sebagai program strategis dalam Muktamar Muhammadiyah ke-48 pada November 2022 nanti.
"Saya yakin nanti seminar ini akan menghasilkan keputusan dan pandangan-pandangan penting, strategis tapi juga praksis sebagai bahan kita mengembangkan pariwisata dan industri halal, sekaligus kreatif dan produktif untuk kepentingan bangsa," katanya.