Kamis 12 May 2022 20:29 WIB

Menkes: Penularan Hepatitis Akut tidak Seperti Covid-19, Jangan Khawatir Berlebihan

Mekanisme penularan hepatitis akut disebut tidak secepat Covid-19.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Nora Azizah
Mekanisme penularan hepatitis akut disebut tidak secepat Covid-19.
Foto: www.piqsels.com
Mekanisme penularan hepatitis akut disebut tidak secepat Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menyampaikan, masyarakat tidak khawatir berlebihan dalam menghadapi kasus hepatitis akut. Mengingat, tidak ditemukannya klasterisasi kasus.

Hal tersebut diamini epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman. Menurut dia, mekanisme penularan hepatitis akut memang tak seperti Covid-19 yang sangat cepat dan menular melalui udara.

Baca Juga

"Mekanisme penularan hepatitis akut memang tak semudah melalui udara dengan mayoritas asimtomatis yang bisa menular cepat. Tapi bicara pencegahan, tetap tidak bisa diabaikan," kata Dicky kepada Republika.co.id, Kamis (12/5/2022).

Sebab, dampaknya menjadi sangat serius ketikaa 10 persen anak yang terpapar harus ditransplatasi. Sehingga, penyakit ini akan memberikan dampak jangka panjang.

"Karena transplatasi, harus dibutuhkan donor, dibutuhkan keahlian dokter dan berdampak panjang kepada anak di saat dewasa nanti, sehingga pencegahan jadi amat penting," kata Dicky.

Dicky pun meyakini hepatitis akut misterius merupakan bentuk dari long Covid-19. Bukti data studi di Israel menjadi landasannya.

"Dari studi yang dilakukan di Israel, 90 persen anak-anak yang terkonfirmasi hepatitis misterius ini satu tahun terakhir terinfeksi," katanya.

Tak hanya itu, beberapa hasil studi lain memperkuat hipotesis tersebut adalah prevalensi kasus hepatitis misterius ini tertinggi ada pada usia 2-3 tahun, yang mana mereka belum eligible menerima vaksin Covid-19. Sementara itu, kasus pada orang dewasa amat sangat jarang ditemukan.

"Ini memperkuat hipotesis saya bahwa proteksi yang diberikan vaksin Covid-19 terbukti mengurangi long Covid-19, salah satunya hepatitis misterius ini," terangnya.

Kemudian, pada kasus pasien hepatitis misterius yang positif adenovirus, sebagian besar kasusnya tidak menunjukkan level virus dalam jumlah tinggi pada darah pasien. Bahkan, pada biopsi sangat jarang ditemukan.

"Data tersebut semakin melemahkan teori bahwa hepatitis misterius ini akibat adenovirus," kata Dicky.

"Pada kasus positif adenovirus juga menjadi pertanyaan bahwa kenapa virus itu bisa sebabkan infeksi ganas, padahal dikenal jinak. Jadi, ada temuan lain yang menduga bahwa dengan adanya infeksi Covid-19, sel T melemah atau menyebabkan disfungsi sistem imunitas yang akhirnya menyebabkan infeksi yang disebabkan oleh adenovirus tersebut," ujarnya.

Dicky pun mengimbau kepada semua orangtua yang sampai sekarang belum melengkapi vaksin Covid-19, segera lengkapi. Sebab, orang tua yang menerima vaksin Covid-19 akan melindungi tubuh si kecil dari serangan infeksi Covid-19.

"Vaksin Covid-19 yang diterima orang tua secara tidak langsung akan menjaga anak yang belum eligible menerima vaksin dari serangan virus SARS-CoV2 penyebab Covid-19. Vaksin bukan hanya memberi proteksi pada si orang tua, tapi anaknya juga," ujar Dicky.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement