Sabtu 14 May 2022 05:42 WIB

Dihantui Hepatitis Akut, Haruskah Takut?

Penyakit hepatitis akut mengancam anak-anak di dunia, tak terkecuali Indonesia.

Hepatitis akut misterius mengusik anak-anak.
Foto: Republika
Hepatitis akut misterius mengusik anak-anak.

Oleh : Nora Azizah, Jurnalis Republika.co.id

REPUBLIKA.CO.ID, Pandemi Covid-19 belum usai, dunia saat ini tengah dikagetkan dengan kasus penyakit hepatitis akut yang banyak menyerang anak-anak. Penyakit yang menyerang organ hati ini bahkan sudah merenggut nyawa, dan menyebabkan belasan anak di dunia harus menerima transplantasi hati.

Di Indonesia, diduga empat kasus hepatitis akut sudah terjadi, satu kasus di antaranya bahkan sudah menyebabkan anak meninggal dunia. Kasus ini diduga merupakan hepatitis akut karena anak-anak yang dilaporkan mengidap penyakit tersebut sudah menunjukkan gejala hepatitis, yakni tubuh yang menguning.

Meski sudah terdapat empat dugaan kasus, Indonesia masih melakukan investigasi terhadap kasus tersebut. Pasalnya, hepatitis merupakan penyakit yang sangat minim gejala. Tak hanya itu, gejala awal hepatitis seringkali tidak dihiraukan karena tergolong ringan.

Bagi para orang tua, segala bentuk penyakit yang mudah menyerang anak-anak menjadi sangat mengkhawatirkan. Belum lagi ayah dan ibu harus waspada karena Covid-19 masih mengintai, saat ini pengawasan orang tua harus lebih ekstra pada buah hati terkait hepatitis akut.

Kasus hepatitis akut hingga kini sudah menyebar hingga ke 20 negara. Namun, saat ini Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih belum bisa menemukan penyebab dari kasus hepatitis akut pada anak-anak. Penyakit ini masih digolongkan 'misterius'. Dalam beberapa pernyataannya, WHO menyebutkan bahwa hepatitis akut disebabkan virus Adenovirus 41.

Beberapa pakar menyebutkan bahwa para ahli masih melakukan investigasi terhadap penyakit misterius ini. Sebagian pakar menyatakan menemukan Adenovirus 41, sebagian lain mendapatkan SARS-CoV-2, ada yang menemukan kombinasi Adenovirus 41 dan SARS-CoV-2, dan ada pula yang menyatakan terjadi dari penyebab lain.

Namun, ada pakar yang menyatakan kasus hepatitis akut tidak terkait dengan Covid-19. Hanya saja, hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.

Terkait Adenovirus, pada umumnya virus ini bisa menyerang manusia dari segala rentang usia dan jenis kelamin, tidak hanya anak-anak saja. Adenovirus akan berbahaya bagi orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, memiliki gangguan pernapasan, hingga gangguan kesehatan jantung. Pada orang sehat, umumya Adenovirus bisa sembuh dengan sendirinya.

WHO dalam pernyataannya juga menyebutkan bahwa kasus hepatitis akut di Inggris juga dikaitkan pada hewan peliharaan. Menurut WHO, sebagian kasus hepatitis akut anak di Inggris rata-rata berasal dari keluarga yang memiliki hewan peliharaan anjing. Namun, ada pula riwayat anak yang sebelumnya melakukan kontak dengan anjing.

Tak hanya berasal dari hewan peliharaan, kasus ini juga dikaitkan pada anak-anak yang mengonsumsi parasetamol. Sepertiga kasus anak dengan hepatitis akut di Inggris mengonsumsi parasetamol, bukan ibuprofen. Namun, WHO menegaskan bahwa konsumsi parasetamol pada anak sudah dalam jumlah yang sesuai.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) juga menyatakan, kasus hepatitis akut bisa saja menjadi pandemi global. Hal ini berdasarkan banyak negara yang melaporkan kasus tersebut. Hanya saja belum diketahui secara pasti penyebaran dari kasus hepatitis akut pada anak ini, begitu pula penyebab pastinya.

Di tengah ancaman tersebut, haruskah orang tua takut? Terkait kasus ini, orang tua tentunya harus bijak dalam mengambil keputusan. Meski cukup mengancam, takut secara berlebihan juga sebaiknya dihindari para orang tua.

Hepatitis akut mungkin mengancam, virus yang diduga jadi penyebabnya juga mungkin saja sangat mudah menyerang. Namun demikian bukan berarti tidak ada solusi untuk menghadapi dan terhindar dari virus ini.

Secara ilmiah, manusia akan terus hidup berdampingan dengan banyak virus, baik virus yang sudah ditemukan dan bisa dijelaskan secara sains, hingga yang belum terindentifikasi. Itu sebabnya, manusia harus memperkuat benteng kesehatan tubuh, yakni sistem kekebalan tubuh yang kuat agar bisa terhindar dari virus.

Sistem kekebalan tubuh yang kuat akan kokoh melawan benda asing yang masuk ke tubuh, salah satunya virus. Ketika virus masuk ke tubuh dan menginfeksi, apabila sistem kekebalan tubuh sangat bagus dan kuat, kemungkinan besar tubuh kuat melawan virus dan penyakit yang datang bisa sembuh dalam beberapa waktu.

Dalam kondisi saat ini, orang tua hendaknya terus memantau kesehatan anak, terutama mencukup asupan gizi. Jangan lupa memberikan makanan bergizi seimbang pada anak, termasuk buah dan sayuran. Hal sepele seperti ini yang terkadang luput dari orang tua. Ayah dan ibu sibuk bekerja dan mengurus rumah sehingga kecukupan gizi anak terkadang terabaikan.

Tidak hanya itu, banyak pakar juga sangat menyarankan untuk lebih sering mencuci tangan sebelum menyantap makanan. Bagi orang tua yang memiliki balita, jangan lupakan untuk terus mengajak anak mencuci tangan.

Jangan biarkan pula rumah kotor. Usahakan untuk membersihkan rumah setiap hari. Membuka jendela untuk pergantian udara, serta memastikan anak tidak bergantian alat makan dengan orang asing. Upaya-upaya ini bisa dilakukan secara maksimal untuk menjaga anak tetap sehat.

Jadi, apa harus takut? Jawabannya bukan harus takut, tetapi lebih waspada dan hati-hati. Cemas boleh saja, ibu-ibu dan para ayah, tetapi jangan berlebihan. Takut wajar saja, namun tentu harus diiringi dengan keberanian untuk melawan dan mengantisipasi.

Semoga kita semua tidak lelah menjaga kesehatan diri dan keluarga. Jangan hanya fokus mencari kebahagiaan karena rasa bahagia tidak ada artinya apabila badan tidak sehat. Salam sehat!

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement