Kamis 12 May 2022 22:26 WIB

Penurunan Kasus Covid-19 tak Terjadi di Afrika dan Amerika

Kasus Covid-19 di Amerika naik 14 persen dan 12 persen di Afrika.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Instruksi tentang mandat masker masih ditampilkan di layar saat Rhode Island TF Green International Airport, Amerika Serikat, 19 April 2022. WHO mengatakan hanya ada dua wilayah dengan infeksi Covid-19 yang dilaporkan meningkat, Amerika sebesar 14 persen dan Afrika sebesar 12 persen.
Foto: AP Photo/David Goldman
Instruksi tentang mandat masker masih ditampilkan di layar saat Rhode Island TF Green International Airport, Amerika Serikat, 19 April 2022. WHO mengatakan hanya ada dua wilayah dengan infeksi Covid-19 yang dilaporkan meningkat, Amerika sebesar 14 persen dan Afrika sebesar 12 persen.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan, jumlah kasus baru virus corona yang dilaporkan di seluruh dunia terus menurun kecuali di Amerika dan Afrika. Dalam laporan pandemi mingguan yang dirilis Rabu (11/5/2022) malam, sekitar 3,5 juta kasus baru dan lebih dari 25.000 kematian dilaporkan secara global, yang masing-masing mewakili penurunan 12 persen dan 25 persen.

Tren penurunan infeksi yang dilaporkan dimulai pada Maret, meskipun banyak negara telah menghentikan program pengujian dan pengawasan. Kondisi ini membuat penghitungan kasus yang akurat menjadi sangat sulit.

Baca Juga

WHO mengatakan hanya ada dua wilayah dengan infeksi Covid-19 yang dilaporkan meningkat, Amerika sebesar 14 persen dan Afrika sebesar 12 persen. Kasus tetap stabil di Pasifik Barat dan menurun di tempat lain.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan meningkatnya kasus di lebih dari 50 negara menyoroti volatilitas virus korona. Dia mengatakan varian Covid-19, termasuk versi mutasi dari omicron yang sangat menular, mendorong kebangkitan Covid-19 di beberapa negara, termasuk Afrika Selatan yang merupakan negara pertama yang mengidentifikasi omicron pada November.

Tedros mengatakan tingkat kekebalan populasi yang relatif tinggi mencegah lonjakan rawat inap dan kematian. Namun dia tetap memperingatkan bahwa tidak dijamin untuk tempat-tempat dengan tingkat vaksinasi rendah. Hanya sekitar 16 persen orang di negara-negara miskin yang telah divaksinasi terhadap Covid-19.

Kantor WHO di Afrika mengatakan pada Kamis (12/5/2022), bahwa kasus di Afrika Selatan telah meningkat empat kali lipat dalam tiga minggu terakhir dan kematian akibat Covid-19 meningkat dua kali lipat. WHO mengatakan bahwa sejauh ini rawat inap hanya sekitar 20 persen dari yang terlihat selama gelombang infeksi terakhir pada Desember.

Badan tersebut mencatat bahwa subvarian omikron yang paling mengkhawatirkan adalah BA.4 dan BA.5. Banyak mutasi dan ketidakpastian tentang cara sub-varian itu dapat memengaruhi kekebalan. Kasus Covid-19 di Namibia dan Eswatini, yang berbatasan dengan Afrika Selatan, juga melaporkan 50 persen lebih banyak kasus dalam dua minggu terakhir.

"Peningkatan kasus ini merupakan tanda peringatan dini yang kami pantau dengan cermat," kata kepala kedaruratan WHO Afrika Abdou Salam Gueye.

Laporan WHO mencatat bahwa beberapa lompatan terbesar dalam kasus Covid-19 terlihat di China, yang mengalami kenaikan 145 persen dalam seminggu terakhir. Awal pekan ini, otoritas China menggandakan pembatasan pandemi di Shanghai setelah periode singkat melonggarkan.

Sedangkan Korea Utara mengumumkan wabah virus korona pertama dan memberlakukan penguncian secara nasional pada Kamis. Ukuran wabah itu tidak segera diketahui, tetapi itu bisa memiliki konsekuensi serius karena negara itu memiliki sistem perawatan kesehatan yang buruk dan 26 juta orangnya diyakini sebagian besar tidak divaksinasi. 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement