REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meminta satuan pendidikan dan dinas pendidikan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap munculnya penyakit hepatitis akut pada anak. Jika terdapat peserta didik yang mengikuti pembejalaran tatap muka (PTM) diduga mengalami satu dari gejala penyakit tersebut, maka harus segera dibawa ke fasilitas pelayanan kesehatan terdekat.
"Segera dibawa ke fasyankes terdekat untuk mendapatkan penanganan medis lebih lanjut sedini mungkin," kata Kepala Biro Kerjasama dan Hubungan Masyarakat Kemendikbudristek, Anang Ristanto kepada Republika.co.id, Kamis (12/5/2022).
Anang mengatakan, Kemendikbudristek mengajak semua pihak bergotong royong memenuhi hak anak mendapatkan layanan pendidikan, khususnya mencegah terjadinya learning loss dan dampak negatif tidak optimalnya pembelajaran di masa pandemi. Satuan pendidikan dan dinas pendidikan perlu meningkatkan kewaspadaan.
"Dan kerja sama yang solid antara orang tua, tenaga kesehatan, dan fasilitas pelayanan kesehatan," jelas dia.
Dia juga menyebutkan, protokol kesehatan (prokes) pencegahan penularan hepatitis akut selaras dengan prokes dalam penyelenggaraan pebelajaran tatap muka (PTM) terbatas di masa pandemi. Masyarakat diminta tetap tenang dan melaksanakan anjuran pencegahan penularan hepatitis akut dengan meningkatkan kebersihan diri dan lingkungan serta menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
"Prokes pencegahan penularan hepatitis akut selaras dengan prokes dalam penyelenggaraan PTM terbatas di masa pandemi. Detail aturan dapat ditemukan dalam lampiran SKB Empat Menteri tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19," ujar Anang.
Kepala Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit Pusat Infeksi (RSPI) Sulianti Saroso, Titi Sundari mengimbau orang tua bisa mengenali gejala hepatitis akut misterius sejak dini. Penanganan segera pada penderita diharapkan bisa mencegah kefatalan.
"Kalau misalnya pada putra-putri, anak bawah 5 tahun atau anak di bawah usia 16 tahun memiliki keluhan seperti mual, muntah, nyeri perut, diare, hingga demam yang hilang timbul, maka harus diwaspadai," ujarnya saat berbicara di konferensi virtual, Rabu (11/5/2022).
Titi meminta para orang tua berhati-hati karena keluhan ini biasanya gejala awal hepatitis akut yang belum diketahui penyebabnya. Jika penderita sudah memasuki fase lanjut, maka penderita akan mengalami gejala kuning, air kencing berubah jadi seperti warna teh, atau bahkan tinjanya berwarna putih.
Pada tingkat lanjut, penderita bisa mengalami kejang dan sangat lemas kondisi fisiknya hingga menurun kesadarannya. Ia mewanti-wanti orang tua harus hati-hati dan segera membawa anak ke pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) atau fasilitas pelayanan kesehatan saat terjadinya gejala awal.
"Yang penting yang harus diperhatikan adalah kenali gejalanya sejak dini. Jangan membawa anak dalam kondisi tidak sadar, kesadaran menurun, kejang, atau dalam kondisi dalam sangat lemas karena artinya kondisinya sudah fatal," katanya.